Membandingkan Pertalite vs Vivo Revvo 89, Mana yang Lebih Boros?
Protes masyarakat atas kenaikan harga BBM khususnya Pertalite awal bulan ini, kini menjalar ke dugaan borosnya konsumsi Pertalite tersebut. Keluhan ini muncul di berbagai platform media sosial, mulai dari Facebook, Twitter, hingga TikTok.
Seorang pengguna Facebook bernama Salman Taufik menuturkan, 15 liter hanya cukup untuk perjalanan dua hari sekitar 80 km. Akhirnya ia pun beralih menggunakan bensin Revvo 89.
Pada platform Twitter, pengguna bernama ATOCK__s menghitung bahwa saat ini dirinya perlu mengisi tangki kendaraan hingga penuh sebanyak 7 hingga 8 kali dalam satu bulan. Padahal, biasanya dia hanya mengisi lima kali sebulan untuk kegiatan sehari-hari.
Ternyata bukan gw aja yg ngerasain. Gw biasanya sebulan isi 5 kali full tank. Ini baru tanggal segini dah 5 kali isi BBM. Perhitungan bisa 7-8 kali. Semua dengan kondisi yg sama Perlu di cek kadar oktan nya. Benarkah masih 90 ? https://t.co/4mLSceFKxR— Mac Gyver (@ATOCK__s) September 21, 2022
“Perlu dicek kadar oktannya, benarkah masih 90?” tanya pengguna Twitter tersebut, dikutip Rabu (21/9).
Sementara itu, ketika dikonfirmasi mengenai kabar Pertalite lebih boros setelah harganya dinaikkan, Pertamina membantah kalau kualitas bensinnya mengalami perubahan.
“Produk BBM Pertamina jenis Pertalite (RON 90) tidak mengalami perubahan spesifikasi,” kata Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Lantas, apa itu RON dan apa perbedaan angka yang menyertainya?
Perbedaan Nilai RON dalam Kendaraan
RON adalah singkatan dari Research Octane Number, angka yang menunjukkan nilai oktan pada bahan bakar minyak. Nilai tersebut ditentukan dari dua senyawa, yakni isooktana dan n-heptana. Dengan adanya dua senyawa tersebut, nilai RON 88 menunjukkan bahwa 88 % kandungan bahan bakar tersebut adalah isooktana dan 12 % sisanya adalah n-heptana. Isooktana adalah senyawa yang tahan terhadap ketukan, sementara n-heptana adalah senyawa yang mengakibatkan ketukan.
Menurut laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), RON bisa menunjukkan seberapa tinggi tekanan yang akan diberikan sampai pada akhirnya bahan bakar akan terbakar secara spontan. Bila nilai oktan tinggi, maka BBM lebih lambat terbakar dan tidak meninggalkan residu pada mesin.
“Semakin tinggi RON, maka semakin baik pula untuk mesin mobil, khususnya untuk kendaraan keluaran tahun 2009 ke atas,” menurut laman itu.
Di sisi lain, Pertamina menuliskan bahwa pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut laman One Solution Pertamina, performa mesin kendaraan berasal dari komponen yang digunakan, sementara bahan bakar hanyalah penunjang. Maka dari itu, kendaraan dengan kompresi mesin rendah seperti transportasi umum, kendaraan industri, hingga mobil klasik yang masih menggunakan mesin berkompresi rendah tidak membutuhkan BBM dengan nilai oktan tinggi.
“Tenaganya tetap, hanya saja respon mesin yang menjadi lebih baik akibat kualitas bahan bakar yang bagus, sehingga seolah-olah terjadi peningkatan tenaga. Untuk menjaga mesin dalam performa baik, gunakan RON yang sesuai dengan mesin dan kompresi kendaraan yang digunakan,” jelas Pertamina dalam laman tersebut.