Mengenal Arcturus, Varian Baru Covid-19 yang Terdeteksi di Indonesia

Dini Pramita
14 April 2023, 16:55
Tenaga kesehatan bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 booster kedua ke seorang warga di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (24/1/2023). Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan mulai memberikan vaksinasi COVID-19 booster kedua kepada masyarakat umum
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.
Tenaga kesehatan bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 booster kedua ke seorang warga di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (24/1/2023). Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan mulai memberikan vaksinasi COVID-19 booster kedua kepada masyarakat umum yang berumur 18 tahun ke atas.

Kementerian Kesehatan mengonfirmasi varian baru Covid-19 Arcturus terdeteksi di Indonesia pada Kamis (13/04). Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebutkan ada dua kasus yang terdeteksi saat ini. Namun ia tak mengungkapkan detil wilayah yang terdeteksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan subvarian XBB.1.16 Omicron ini ke dalam daftar pemantauan ketat karena telah terdeteksi di sekitar 29 negara per 11 April 2023. Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, mengatakan XBB.1.16 atau Arcturus memiliki satu mutasi tambahan yang menurut penelitian laboratorium membuatnya lebih menular dan berpotensi lebih patogen.

Van Kerkhove menyebutkan virus ini telah beredar selama beberapa bulan. "Salah satu ketidakpastian besar yang kita hadapi ke depan adalah virus itu sendiri karena belum menjadi pola yang dapat diprediksi dan masih terus berkembang," kata dia (29/03).

dr. Siti Nadia Tarmizi
dr. Siti Nadia Tarmizi (Antara)
 
 

 


Apa itu Arcturus?

Menurut WHO, Arcturus atau XBB.1.16 merupakan salah satu dari 600 subvarian Omicron. Virus varian baru Covid-19 ini pertama kali diidentifikasi pada Januari 2023 dan dipantau ketat oleh WHO sejak 22 Maret.

Subvarian XBB.1.16 merupakan rekombinan atau gabungan dua subvarian dari subvarian BA.2.10.1 dan BA.2.75. Subvarian ini memiliki profil serupa dengan varian XBB.1.5 atau lebih dikenal sebagai Kraken, yang mendominasi kasus harian di Inggris saat ini. Namun, Arcturus memiliki satu mutasi protein yang membawa sifat lebih mudah menular dan lebih dapat meningkatkan infeksi.

Nama Arcturus, meski belum diresmikan sebagai nama untuk menyebut varian XBB.1.16, pertama kali dipopulerkan oleh mantan Indian Academy of Pediatrics Committee on Immunization Vipin M Vashishtha. Ia menggunakannya sebagai tagar dalam tweet pada bulan Maret untuk memberi alarm ihwal keberadaan varian baru Covid-19 ini.

Cuitannya itu merupakan bentuk kekhawatiran atas melonjaknya kasus di India yang disebabkan oleh si Arcturus. Pada Sabtu (18/03) ia menulis dalam akun twitternya @vipintukur, "Semua mata harus tertuju pada India! Jika XBB.1.16 alias Arcturus berhasil mengarungi imunitas populasi 'kokoh' India yang berhasil menahan gempuran varian seperti BA.285, BA.5, BQs, XBB.1.5, maka seluruh dunia harus sangat khawatir!"

Studi awal yang dilakukan sejumlah peneliti dari Universitas Tokyo yang dikutip dari The Independent menunjukkan subvarian ini menyebar sekitar 1,17 hingga 1,27 kali lebih efisien daripada subvarian XBB.1 dan XBB.1.5 atau Kraken. Studi itu memperingatkan, dengan daya infeksi yang dimiliki, subvarian ini akan menyebar ke seluruh dunia dalam waktu dekat.


Kasus di Dunia

Van Kerkovhe pada akhir Maret menyebutkan dari 800 sekuens yang didapatkan dari 22 negara, menunjukkan asalnya dari India. Sementara itu, Kementerian Kesehatan India melaporkan 40.215 kasus Covid aktif pada 12 April, naik 3.122 hanya dalam satu hari. Arcturus diyakini sebagai dalang utama di balik peningkatan kasus tersebut.

Di Inggris, ditemukan 50 kasus yang disebabkan Arcturus. Namun, belum ada lonjakan kasus secara drastis seperti yang dialami India.

Sementara itu di Amerika Serikat, keberadaan Arcturus terdeteksi di 18 negara bagian. Dari 176.358 kasus yang terkonfirmasi pada 27 Maret di negara itu, sebagian di antaranya disebabkan oleh XBB.1.16.

Menurut monitoring WHO, subvarian ini paling banyak menerjang kawasan Asia Tenggara dan Mediterania Timur. Di kawasan mediterania, virus ini tercatat paling banyak ditemukan di Iran, Kuwait, Qatar, dan Libya. Sementara di Asia, kasus ini tercatat di Singapura, India, Nepal, dan sekarang di Indonesia.


Vaksin untuk Mencegah Penularan Arcturus

Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Iwan Ariawan mengatakan meski penularannya cepat, namun gejala yang ditimbulkan relatif tidak berat dengan fatalitas yang lebih rendah dibandingkan varian Delta. "Dari hasil survei serologi yang dilakukan Kemenkes dan FKM UI pada Januari 2023 menunjukkan hampir seluruh masyarakat telah memiliki antibodi Covid-19," kata dia (05/04).

Iwan menjelaskan dari analisis kematian akibat Covid-19, seseorang yang sudah divaksin memiliki risiko kematian yang jauh lebih rendah, terutama pada golongan lansia. Sebab itu, ia menyarankan masyarakat tidak panik dan segera melengkapi vaksin Covid-19.

Ia mengatakan apabila seseorang melengkapi vaksinnya sampai booster kedua, antibodi yang ada di dalam tubuhnya menjadi lebih kuat untuk memerangi varian Covid-19, termasuk Arcturus. "Arcturus merupakan varian Omicron. Vaksin-vaksin yang ada di Indonesia terbukti efektif menghadapi varian Omicron dalam mencegah terjadinya sakit berat dan kematian," kata dia.

Ia meminta masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker di tempat umum. Sebab varian Arcturus ini sama seperti varian Covid-19 lainnya yang ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...