Sistem Ekonomi Ali Baba, Pengertian, Tujuan, dan Pemicu Kegagalannya
Sejak merdeka pada tahun 1945, Indonesia menerapkan berbagai sistem ekonomi. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan perekonomian negara.
Pada tahun 1945-1956, ada yang namanya sistem ekonomi nasional. Dirumuskan oleh Mohammad Hatta dan Perdana Menteri menjabat, mekanisme ini berlandaskan pada asas kekeluargaan dan koperasi. Ketetapannya termuat pada Pasal 33 UUD 1945, yakni sebagai berikut:
- Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan
- Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
- Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selain itu, Indonesia juga sempat menerapkan sistem ekonomi terpimpin sampai tahun 1966. Kebijakan ini mengacu pada Dekrit Presiden yang dikeluarkan pada 1959.
Sistem ini adalah bentuk perluasan dari sistem ekonomi nasional dan diterapkan sebelumnya. Patut diketahui bahwa mekanisme ini digadang sangat menggambarkan doktrin politik Soekarno yang biasa disebut Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom).
Kemudian, sistem ekonomi Indonesia beralih ke ekonomi pembangunan di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, yang bertahan lama, yakni dari 1967 hingga 1998.
Adapun, hal yang digarisbawahi dari sistem ekonomi ini yaitu peran swasta sebagai media pertumbuhan ekonomi. Sementara, negara berperan sebagai regulator dan fasilitator. Setelahnya, Indonesia diketahui menganut sistem ekonomi demokrasi yang bertahan hingga sekarang. Namun, di sela-sela pergantian, ada yang namanya Sistem Ekonomi Ali Baba.
Ini merupakan suatu kebijakan untuk mendorong kerjasama pengusaha pribumi dan non pribumi. Pasalnya pada saat pelaksanaan, Indonesia baru saja merdeka dan peran asing cenderung tidak mudah untuk diminimalisir.
Pengertian Sistem Ekonomi Ali Baba
Sistem ekonomi ini memiliki dua unsur, yakni Ali dan Baba. Ali merujuk pada pengusaha pribumi. Sementara Baba adalah pengusaha non pribumi.
Patut diketahui bahwa sistem ekonomi Ali Baba diterapkan ketika Indonesia menganut sistem demokrasi liberal. Tepatnya sekitar tahun 1953 yang dipimpin oleh Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Pada masa ini, negara kita memiliki nama resmi Republik Indonesia Serikat (RIS).
Menurut Nalenan (1982), sistem ekonomi Ali Baba adalah penggalangan kerjasama antara pengusaha Cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha non pribumi menerima kebijakan berupa pelatihan kepada pengusaha pribumi. Sementara pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi pengusaha swasta nasional.
Diketahui bahwa sistem ekonomi ini diterapkan untuk penggalangan kerjasama antara pribumi dan non pribumi. Tepatnya agar mendorong kemajuan perekonomian di Indonesia pasca kemerdekaan tahun 1945.
Sistem ekonomi Ali Babab memiliki empat tujuan utama, antara lain:
- Mensejahterakan pengusaha pribumi (lokal)
- Membangun kerjasama antara pelaku usaha lokal untuk menciptakan kemajuan ekonomi pasca kemerdekaan
- Mengembangkan pengusaha swasta nasional pribumi untuk menggantikan mekanisme ekonomi yang diterapkan sejak zaman kolonial dan menjadi ekonomi nasional
- Mendorong kemajuan ekonomi Indonesia dengan menciptakan kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi.
Pemicu Kegagalan Sistem Ekonomi Ali Baba
Patut diketahui bahwa salah satu program pada sistem ekonomi Ali Baba adalah pemberian kredit kepada pengusaha loka. Tujuannya yaitu menunjang proses produksi. Alih-alih digunakan sebagaimana imbauan, masyarakat justru mengalokasikannya untuk konsumsi.
Penyebab gagalnya sistem ekonomi Ali Baba yang pertama berasal dari kebijakannya sendiri. Sistem kredit yang ditawarkan justru tidak digunakan dengan baik. Pengusaha pribudi mengalihkan kepemilikan kredit kepada pengusaha asing secara sepihak.
Tak sampai di situ, kegagalan ini juga merembet pada perekonomian Indonesia. Sementara tujuan awalnya yaitu memajukan ekonomi negara.
Jenis Sistem Ekonomi
Di luar sistem ekonomi Ali Baba, terdapat beberapa sistem yang telah diterapkan sejak lama. Berikut ini penjelasan selengkapnya.
1. Sistem Ekonomi Kapitalis
Adam Smith, yakni tokoh yang dikenal sebagai bapak ekonomi ini memiliki pendapat bahwa sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem yang bisa mensejahterakan masyarakat lantaran sedikitnya peran pemerintah. Pihak berwenang tidak memiliki andil dalam menentukan mekanisme dan kebijakan di pasar.
Di lain sisi, Adam Smith melalui rangkuman IMF mengatakan, “Bukan dari kebajikan tukang daging, pembuat bir, atau tukang roti yang kami harapkan dari makan malam kami, tetapi dari perhatian mereka terhadap kepentingan mereka sendiri". Contoh negara yang menerapkannya adalah Amerika Serikat, Argentina, dan Ekuador.
2. Sistem Ekonomi Sosialis
Sistem ekonomi sosialis didefinisikan sebagai sistem ekonomi dan politik yang berdasar pada kepemilikan umum terhadap alat produksi. Termasuk mesin dan pabrik yang dioperasikan untuk memproduksi barang dengan tujuan memenuhi kebutuhan manusia. Contoh negara yang menerapkannya yaitu Cina, Korea Utara, dan Kuba
3. Sistem Ekonomi Tradisional
Sistem ekonomi tradisional adalah sistem yang nilai, norma, dan mekanismenya sudah berlangsung selama ratusan hingga ribuan tahun lamanya. Pelaku ekonomi di pasar akan menerapkan hal yang diyakini berlangsung dan dilakukan oleh para pendahulu. Ada pun unsur penting di dalamnya adalah alam dan tenaga kerja.
4. Sistem Ekonomi Campuran
Sistem ekonomi campuran melibatkan pemerintahan dan swasta sebagai pihak yang berperan penting terhadap kegiatan ekonomi. Beberapa negara yang menggunakannya yaitu Mesir, Prancis, dan Brasil.
Demikian penjelasan tentang sistem ekonomi Ali Baba. Termasuk pengertian, tujuan dan pemicu kegagalannya. Seiring berjalannya waktu, Indonesia menerapkan berbagai sistem ekonomi untuk menemukan yang paling cocok dengan karakteristik bangsa.