Pengertian, Komponen, dan Ciri Pola Candlestick
Ada dua jenis analisis yang biasa digunakan investor untuk melakukan analisis investasi pasar saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Dalam analisis teknikal, terdapat metode analisis yang digunakan untuk mengevaluasi pergerakan harga saham, yaitu analisis grafik saham.
Analisis harga saham secara grafis dapat menggunakan diagram garis, diagram batang, dan diagram candlestick. Pola candlestick membuat para investor dapat memahami kondisi harga saham dan menganalisisnya.
Candlestick adalah jenis grafik harga saham yang digunakan dalam analisis teknis, yang menunjukkan harga pembukaan dan penutupan tertinggi dan terendah suatu saham selama periode waktu tertentu. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak uraian berikut.
Pengertian, Komponen, dan Ciri Pola Candlestick
Awalnya, candlestick adalah alat yang digunakan oleh pedagang beras di Jepang untuk mencatat harga pasar dari waktu ke waktu dan menggunakan data yang dihasilkan untuk membuat prediksi pergerakan harga di masa depan. Metode ini dikembangkan oleh Munehisa Honma, seorang pedagang beras di Jepang pada abad ke-18.
Munehisa Homma berhasil menyiasati pasar dengan kemampuan analisanya dengan menciptakan indikator yang bisa digunakan untuk memprediksi arah tren. Kemudian metode ini semakin berkembang di Barat. Saat ini, candlestick yang digunakan sebagai analisis teknikal di pasar saham memiliki dua komponen utama, yaitu:
1. Tubuh Candle (Body)
Bagian dari candlestick yang menunjukkan harga pembukaan dan harga penutupan pada titik waktu tertentu yang ditunjukkan dari bentuk persegi empat berwarna merah atau hijau; atau hitam atau putih.
2. Ekor Candle (Shadow/Wick)
Bagian yang menunjukkan harga tertinggi dan harga terendah saham pada titik waktu tertentu yang ditunjukkan dari garis lurus yang membentang di atas dan di bawah tubuh candlestick dan berwarna sama seperti bentuk lilin (candle).
Selain komponen utama candlestick, dua warna yang digunakan pada candlestick adalah merah dan hijau. Warna merah artinya harga saham sedang turun (down), artinya harga penutupan lebih rendah dibandingkan harga pembukaan.
Sedangkan warna hijau berarti terjadi kenaikan harga saham (bullish), artinya harga penutupan lebih tinggi dibandingkan harga pembukaan. Namun, dalam beberapa kasus, jika candle yang ditampilkan tidak berwarna, warna hitam digunakan untuk menunjukkan kondisi bearish, sedangkan putih digunakan untuk menunjukkan kondisi bullish.
Selain bentuk dan warna, makna setiap candlestick juga bergantung pada panjang dan pendeknya badan serta ekor candle tersebut. Secara umum, semakin panjang badan candle, semakin kuat tekanan untuk membeli dan menjual suatu saham. Sebaliknya, semakin pendek badan candle, maka fluktuasi harga semakin minimal dan mencerminkan konsolidasi harga saham.
Setiap panjang dan pendeknya ekor candle juga mempunyai arti tersendiri. Secara umum, candlestick berekor pendek menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas perdagangan berada di dekat harga pembukaan dan penutupan, atau dengan kata lain pergerakan harga saham tidak akan berjalan jauh di atas harga pembukaan dan penutupan.
Sebaliknya, candle ekor panjang menunjukkan bahwa aktivitas/transaksi perdagangan tertentu jauh melebihi harga pembukaan dan penutupan pada waktu tertentu. Candlestick dengan ekor atas yang panjang dan ekor bawah yang pendek menunjukkan bahwa pembeli mendominasi sesi perdagangan dengan menetapkan harga tinggi, sementara penjual berusaha menekan harga agar turun.
Di sisi lain, kandil dengan ekor atas yang pendek dan ekor bawah yang panjang menunjukkan bahwa penjual mendominasi sesi perdagangan dan memberikan tekanan ke bawah pada harga, namun pembeli terus memberikan tekanan untuk menawarkan harga tinggi selama sesi perdagangan.
Pola Candlestick Andalan
Terdapat lima pola dalam jenis-jenis candlestick yang menjadi andalan bagi para investor untuk membaca pergerakan saham. Berikut ini pola-pola tersebut:
1. Morning Star
Pola morning star akan muncul saat terjadi tiga formasi candle, yang pertama adalah terciptanya candle bearish trend yang lebih besar dibandingkan dengan candle spinning top.
Candle ketiga akan membentuk bullish dan ukurannya bisa lebih besar atau kurang lebih sama apabila dibandingkan dengan candle pertama. Pola ini menunjukkan reversal dari pergerakan uptrend ke arah downtrend.
2. Shooting Star
Pola ini terbentuk saat panjang body lebih kecil dibandingkan dengan panjang ekor serta muncul ketika sedang uptrend. Reversal dari uptrend ke arah downtrend biasanya ditandai dengan kemunculan pola ini.
3. Inverted Hammer
Dalam pola ini, posisinya berada di downtrend dengan panjang ekor lebih besar apabila dibandingkan dengan body candle. Reversal dari penurunan menuju peningkatan akan terlihat di pola ini. Bentuknya adalah kebalikan dari Hammer.
4. Hammer
Sama seperti inverted hammer, hammer juga menunjukkan pergerakan akan berpindah dari penurunan menuju kenaikan. Panjang ekor lebih besar dari body dengan munculnya ada ketika harga sedang dalam fase downtrend.
5. Doji
Kekuatan yang seimbang antara investor sell dan buy akan memunculkan pola doji, yang dimana ini artinya tidak ada perubahan tren karena daya yang saling tarik-menarik.