Kisah Bisnis Hero yang Awalnya Sukses Menggaet Para Ekspatriat
PT Hero Supermarket Tbk telah menjual tanah dan bangunan IKEA Sentul City, Bogor senilai Rp 280 miliar. Pembelinya adalah Archipelago Property Development (APD).
Kedua perusahaan terafiliasi karena memiliki anggota direksi dan komisaris yang sama. Pengendalinya pun serupa, yaitu Jardine Matheson Holdings Limited.
Dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu (1/9), direksi Hero menyebut, penjualan tersebut akan meningkatkan ekuitas perusahaan. “Dananya akan digunakan untuk mengurangi pinjaman dan mendukung kebutuhan modal kerja dan operasional,” tulisnya.
Selain IKEA, perusahaan berkode efek HERO itu memiliki merek lainnya, yaitu Guardian dan Hero Supermarket. Susunan pemegang sahamnya per 31 Agustus 2021, yaitu 63,59% dikuasai Mulgrave Corporation BV, 25,71% oleh Dairy Farm Company Ltd, 2,68% PT Hero Pusaka Sejati, dan 8,02% masyarakat.
Mulgrave Corporation merupakan anak usaha Dairy Farm. Lalu, induk usaha Dairy Farm adalah Jardine Matheson. Di Indonesia, Jardine Matheson, perusahaan konglomerasi berbasis di Hong Kong, juga menguasai mayoritas saham PT Astra International Tbk.
Bisnis HERO terus tertekan karena pandemi Covid-19. Sampai semester pertama 2021, pendapatannya anjlok 25,99%, rugi membengkak dua kali lipat, hingga akhirnya harus menutup gerai Giant secara permanen.
Berdasarkan laporan keuangan, emiten retail ini membukukan pendapatan bersih Rp 3,66 triliun pada paruh pertama tahun ini. Jumlah tersebut anjlok 25,99% dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp 4,95 triliun. Hal itu salah satunya yang membuat Hero harus merugi Rp 550,88 miliar atau membengkak dua kali lipat lebih dari rugi Rp 202,07 miliar.
Berdirinya Hero Supermarket
Melansir dari situs perusahaan, Hero pertama kali berdiri pada 1959 oleh almarhum Muhammad Saleh Kurnia bersama dengan kakak laki-lakinya, Wu Guo Chang. Bentuk usahanya kala itu adalah CV (commanditaire vennootschap) dan berbisnis penjualan makanan.
Pada 23 Agustus 1971, melihat peminat makanan dan minuman impor yang tinggi, Kurnia membuka Hero Mini Supermarket. Dari sinilah kesuksesannya bermula.
Hero menerima respon positif dari para pelanggan dengan membuka toko pada hari Minggu dan libur. Hal ini tidak dilakukan oleh kebanyakan supermarket pada masanya. Inovasi jam belanja alternatif ini kemudian ditiru oleh beberapa supermarket lainnya.
Perjalanan Hero
Di tengah perekonomian RI yang tumbuh positif, Hero pun berkembang dengan pesat. Hingga pada 1980, supermarketnya sudah berjumlah sembilan toko di Jakarta.
Pada dekade tersebut kinerja Hero juga terungkit karena bertambahnya penghasilan masyarakat menengah dan atas di Ibu Kota. Pertumbuhan ini yang mengarahkan perusahaan untuk melakukan pencatatan perdana sahamnya (IPO) pada 1989.
Sebanyak 15% saham perusahaan melantai di bursa, harga sahamnya pun bergerak naik dengan cepat. Namun, keberhasilan itu hanya sebentar pendirinya rasakan. Pada 10 Mei 1992, Muhammad Saleh Kurnia meninggal dunia.
Bisnis Hero kemudian dilanjutkan oleh istrinya, Nurjahati. Pada 1994, perusahaan berkembang memiliki 56 supermarket, dari hanya 26 supermarket pada saat melakukan IPO.
Pada 1990, Hero juga bergabung dengan Asian Retail Affiliation Network (ARAN). Status ini membuat perusahaan dapat melakukan aktivitas bisnis dengan ritel besar di Asia.
Hero lalu membuka Guardian, ritel kecantikan dan kesehatan, pada tahun tersebut. Setahun kemudian, Starmart beroperasi. Sedangkan Hero Supermarket yang awalnya membuka empat cabang per tahun, pada 1996 menjadi 9 cabang.
Jumlah supermarket Hero ketika itu mencapai 71 cabang yang tersebar di wilayah Indonesia. Hingga pada awal abad ke-21, Hero memperluas kerja samanya dengan ritel Asia Tenggara. Perusahaan memiliki 38 cabang Guardian, 26 cabang Starmart, dan delapan cabang Mitra Toko Diskon.
Pada 2004, Hero Group resmi menjadi ritel global setelah penambahan modal oleh Dairy Farm Management Service Ltd. Hero masuk dalam dalam salah satu jaringan konsorsium ritel terbesar dunia.
Perusahaan lalu menambah segmen baru, yaitu Giant. Supermarket ini, yang akhirnya tutup pada 2021 karena pandemi Covid-19, pertama kali dibuka pada 2002 di Villa Melati Mas, Tangerang, Banten.
Melalui Dairy Farm, Hero mendapatkan lisensi gerai furnitur kelas global, IKEA. Perusahaan asal Swedia ini pertama kali buka di Indonesia pada tahun 2014 di Alam Sutera, Tangerang.
Profil M.S. Kurnia
Pendiri Hero, Muhammad Saleh Kurnia lahir pada 1 Desember 1934 di Sukabumi, Jawa Barat. Almarhum, melansir dari situs perusahaan, memiliki masa kecil yang sulit, lantaran harus membantu perekonomian keluarganya dengan berjualan makanan.
Pada 1954, dia dan kakak laki-lakinya mendirikan CV Hero. Lima tahun kemudian, Wu Guo Chang mengundurkan diri. Kurnia, di sisi lain, tetap optimistis dengan potensi perusahaan.
Berbagai ide baru dalam dunia supermarket Indonesia merupakan buah strategi dan inovasi Kurnia. Hal ini termasuk membuka supermarket pada hari libur dan menjual produk impor untuk warga negara asing yang tinggal di Jakarta.
Ketika itu, Indonesia sedang melakukan pembangunan, usai kemerdekaan. Banyak orang asing yang datang dan bekerja di negara ini. Kurnia melihat para ekspatriat ini kerap pergi ke Singapura hanya untuk berbelanja makanan dan minuman.
Kesempatan inilah yang ia ambil. Kurnia dan istri lalu pergi ke Negeri Singa untuk melakukan survei. Mereka membuat persiapan dengan hati-hati
Dengan modal tersebut, Kurnia lalu siap membuka supermarket modern. Pada 23 Agustus 1971, Hero Mini Supermarket beroperasi. Lokasinya di Jalan Falatehan Nomor 23, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di sekeliling supermarket ini adalah perumahan mewah. Strategi Kurnia berhasil menggaet para pelanggan ekspatriat tersebut.
Kunci kesuksesan, menurut dia, ada dua. Pertama, mengambil kesempatan pada waktu yang tepat. “Kedua, memiliki visi dan dapat bertumbuh di atas yang lain,” kata Kurnia, dikutip dari situs Hero.com.
Penyumbang bahan: Amartya Kejora (magang)