Jatuh Bangun Pemilik PO Haryanto, Pernah Tinggal di Bekas Kandang Ayam
Media sosial ramai memperbincangkan Haryanto setelah dikabarkan memecat anak kandungnya sendiri, Rian Mahendra, dari Perusahaan Otobus atau PO yang dia dirikan. Rian sebelumnya menjabat sebagai Direktur Operasional PO Haryanto.
Bukan hal yang mudah bagi Haryanto membangun usahanya sendiri. Dia lahir dari ayah yang buruh serabutan dan ibu penjual daging di pasar. Haryanto yang merupakan sembilan bersaudara, sudah terbiasa hidup sulit sejak kecil.
Pria kelahiran Kudus, 17 Desember 1959 tersebut terbiasa mencari uang sendiri sejak Sekolah Dasar. Dia pernah berjualan es dan juga rumput. Tak hanya itu, Haryanto juga pernah menjadi cleaning service di sebuah hotel kecil.
Setelah lulus SD, Haryanto masuk Sekolah Teknik yang setaraf dengan SMP. Dia sempat masuk Sekolah Teknik Menengah atau STM, namun terpaksa drop out karena tidak ada biaya.
Haryanto kemudian menjadi kuli bangunan dengan upah harian Rp 400. "Waktu itu masih ingat uangnya Rp 200 buat makan nasi kucing, lauknya udang satu, tahu satu. Airnya saya minum dari sumur pompa, mentah," kata Haryanto dalam acara Kick Andy yang dikutip dari Youtube Metro TV, Senin (9/1).
Dia kemudian berkesempatan meraih cita-citanya masuk anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI. Haryanto bertugas sebagai sopir dengan pangkat prajurit II.
Saat naik pangkat menjadi Prajurit I, Haryanto memutuskan menikah. Dia kemudian memboyong anak dan istrinya dari Kudus ke Tanggerang.
"Di situlah gak ada tempat, saya ngontrak di bekas kandang ayam," kata Haryanto.
Jadi Sopir Angkot
Tidak pantang menyerah, Haryanto mulai mencari cara untuk menghidupi keluarga. Jadilah dia bekerja sambilan sebagai sopir angkutan kota atau angkot. Setelah selesai waktu pulang kerja jam 2 siang, Haryanto langsung mencari nafkah lagi sebagai sopir angkutan kota.
Dari pekerjaan sambilannya tersebut, Haryanto menyisihkan uangnya untuk ditabung. "Saya punya uang Rp 10 ribu, saya masukin kotak hingga akhirnya dapat Rp 750 ribu, saya cicil angkot. Lunas, saya beli lagi, akhirnya berkembang," katanya.
Hingga akhirnya saat mengajukan pensiun, Haryanto sudah memiliki ratusan angkot. Namun demikian, Haryanto tidak langsung puas. Dia berpikir bahwa usaha angkot tidak memiliki prospek yang cerah karena saat ini sudah marak ojek online.
Dari situlah Haryanto menjual seluruh mobil angkotnya. Dia memberanikan diri banting setir membuka PO dengan modal awal memiliki lima bus pada 2002.
Namun usahanya tidak berjalan mulus. Pada 2007, usaha Hariyanto bangkrut karena BBM naik.
"Tapi gak semudah itu kita bisa menyerah. Kita bangkit lagi sampai sekarang punya SPBU dan tiga rumah makan," ujarnya.
Penghasilan dari SPBU ternyata memiliki tambahan lain. Misalnya saja dari uang toilet di SPBU yang hasilnya ternyata bisa membayar gaji karyawan.
Hingga akhirnya pada 2022, PO Haryanto semakin berkembang dan telah memiliki 250 armada bus. Dia juga mendapatkan penghargaan dari Kementerian Perhubungan untuk Perusahaan BUS AKAP non ekonomi.
"Saya yakin tidak ada orang sukses tanpa cobaan. Jangan takut ombak sebelum mencoba," ujarnya.