Susilo Wonowidjojo, Bos Gudang Garam yang Digugat Kasus Penipuan
Taipan Susilo Wonowidjojo tengah menghadapi gugatan terkait dugaan pemalsuan surat, penipuan, dan tindak pidana pencucian uang. Taipan yang juga dikenal sebagai Cai Daoping ini merupakan penerus keluarganya dalam memimpin PT Gudang Garam.
PT Bank OCBC NISP telah melaporkan pada 9 Januari 2023 Susilo ke Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia (Bareskrim Polri).
Menurut tim kuasa hukum Bank OCBC NISP, Susilo dan petinggi PT Hair Star Indonesia (HSI) diduga telah menimbulkan kerugian Rp232 miliar dalam bentuk kredit macet bagi bank tersebut. Mereka juga diduga telah merugikan beberapa bank lainnya hingga Rp1 triliun.
“Jika kasus ini tidak ditangani dengan baik, kami khawatir kepastian hukum dan industri perbankan akan menjadi korban,” perwakilan tim kuasa hukum Bank OCBC NISP Hasbi Setiawan mengatakan pada Selasa (7/2/2023).
HSI merupakan bagian dari gurita bisnis Susilo. Perusahaan yang berbasis di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ini meminjam uang ke Bank OCBC NISP sejak 2016 untuk mengembangkan bisnis rambut tiruan atau wig.
Hingga Mei 2021, HSI merupakan anak usaha dari PT Hari Mahardika Usaha (HMU), di mana Susilo merupakan pemegang saham pengendali. HMU merupakan perusahaan produk tembakau yang berbasis di Kediri, Jawa Timur.
Besar dari Bisnis Tembakau
Susilo membangun sebagian besar kekayaannya lewat bisnis di industri tembakau, terutama dengan Gudang Garam. Sejak 2008, konglomerat berusia 67 tahun itu meneruskan kakaknya Rachman Halim sebagai pemimpin Gudang Garam.
Gudang Garam berkaitan erat dengan keluarga Susilo. Ayahnya Surya Wonowidjojo mendirikan perusahaan rokok dengan kode saham GGRM ini di Kediri pada 1958.
Saat ini, perusahaan investasi PT Suryaduta Investama mengendalikan 69,29% dari saham Gudang Garam. Susilo sendiri merupakan pemegang saham pengendali dan pemimpin Suryaduta Investama. Sementara itu, masyarakat mengendalikan hampir 24,45%.
Majalah bisnis Forbes mencatat bahwa kekayaan bersih Susilo dan keluarganya mencapai US$3,5 miliar (Rp53,02 triliun) pada 2022. Kekayaan bersihnya memuncak di US$9,2 miliar pada 2018 dan telah turun secara konsisten seterusnya.
Dengan kekayaan bersih tersebut, Susilo dan keluarganya menjadi orang terkaya ke-14 dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
Penurunan kekayaan bersih taipan yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, itu terjadi ketika gurita bisnisnya sedang membesar. Pada 2019, misalnya, Gudang Garam melakukan ekspansi ke infrastruktur lewat konstruksi dan pembangunan jalan tol. Perusahaan rokok ini juga sedang membangun Bandar Udara Internasional Dhoho Kediri sejak 2020.
Pada April 2022, Susilo sempat menghadapi gugatan juga dari PT Bank Mega. Bank dengan kode saham MEGA ini menuntut Susilo untuk membayar ganti rugi hingga Rp212 miliar.