Bisnis Pendakian Everest, Mematikan namun Tak Pernah Sepi

Aditya Widya Putri
8 Juni 2023, 18:40
Puncak Everest
Freepik

Puncak Everest dengan titik daratan tertinggi di atas permukaan laut adalah jantung pariwisata di Nepal. Bagi para pendaki, Everest adalah destinasi populer, berhasil meniti jalur Everest merupakan sebuah pencapaian.

Saat ini Everest menjulang 8.848,86 meter di atas permukaan laut, menurut survei gabungan terbaru China dan Nepal–dua negara yang dilewati bentang pegunungan Himalaya. Pendakian gunung memberi kontribusi lebih dari 4% terhadap ekonomi Nepal, setara USD40 miliar per tahun.

Data selama musim pendakian pada bulan Maret-Mei tahun 2023, Nepal mendapat USD5,8 juta dari biaya izin pendakian. Sebanyak USD5 juta pemasukan berasal dari izin pendakian Everest. Setiap satu pendaki dibebani biaya izin sekitar USD13.600 per orang.

Namun bisnis pariwisata tak selalu mensejahterakan masyarakat lokal. Data pariwisata memperkirakan ada lebih dari 500.000 orang yang bergantung pada bisnis pariwisata pendakian di Nepal, tetapi banyak yang rentan secara ekonomi di negara miskin berpenduduk 30 juta orang ini.

Contoh dari ketidaksejahteraan ini menimpa Sherpa, kelompok etnis yang tinggal di kawasan Everest telah menjadi tulang punggung ekspedisi gunung di Nepal. Mereka bekerja dengan memperbaiki tali, tangga, membawa muatan, dan memasak untuk para pendaki.

Kerja-kerja berat mereka seringkali dibayar murah, antara $2.500 hingga $16.500 per satu ekspedisi, tergantung pengalaman.

Pemerintah Nepal tak berbuat banyak untuk kesejahteraan para sherpa. Dalam melakukan pekerjaannya, idealnya sherpa mengambil asuransi jiwa. Tapi bayaran mereka tak cukup untuk menutup asuransi jiwa.

Pada Februari 2023 tiga sherpa tewas saat melintasi Air Terjun Es Khumbu yang terletak di ujung Gletser Khumbu dalam perjalanan ke kamp satu.

Mereka juga menghadapi berbagai tantangan mematikan dalam membawa pengunjung, seperti longsoran salju atau kadar oksigen yang rendah. Inilah alasan kenapa area di atas ketinggian 8.000 meter (26.000 kaki) di Everest disebut "zona kematian".

Pendaki tak boleh berlama-lama di wilayah ini karena dapat mengalami penyakit ketinggian dengan gejala sakit kepada, sesak napas, dan pembengkakan otak.

Ketimpangan pendapatan dengan risiko yang diterima membuat para sherpa mendesak pihak berwenang meluncurkan skema kesejahteraan seperti dana simpanan, tunjangan pensiun, dan fasilitas pendidikan untuk anak-anak mereka.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...