Profil Lamudi, Startup Properti yang PHK Karyawan
Startup yang bergerak di bisnis properti Lamudi, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa divisi pekan lalu. Menurut CEO Lamudi Mart Polman, keputusan PHK ini merupakan langkah efisiensi untuk mencapai keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Ia mengatakan keputusan restrukturisasi organisasi tersebut bukan keputusan yang mudah dilakukan. "Namun penting bagi perusahaan untuk memberikan penawaran terbaik bagi pengembang, bank, maupun 30 ribu agen properti yang bekerja sama dengan kami," kata dia mengutip Antara, Senin (17/7).
Menurut Polman, karyawan yang terkena PHK akan diberikan dukungan finansial dan kesehatan yang nilainya lebih besar dari kewajiban yang diatur pemerintah. Selain itu, ada program outplacement untuk membantu karyawan menemukan pekerjaan selanjutnya.
Lahir dari Rahim Rocket Internet
Sejarah pendirian Lamudi berawal dari Rocket Internet yang melahirkan Lamudi pada 2013. Rocket Internet dikenal sebagai perusahaan yang memiliki jaringan e-commerce besar di dunia. Perusahaan asal Jerman ini merupakan arsitek di balik e-commerce besar seperti Lazada, Zalora, Carmudi dan Lamudi.
Ekspansi Rocket Indonesia dalam pasar properti di Indonesia melalui Lamudi mulai berjalan pada 2014. Saat itu, Lamudi mulai beroperasi dengan mengumpulkan 25 ribu listing properti.
Setahun setelah beroperasi penuh, sekitar 1.000 agen properti bergabung dengan Lamudi.co.id. Jumlahnya meningkat empat kali lipat setahun kemudian menjadi 4.000 agen pada 2016.
Setelah berhasil menggandeng sekitar 6.000 agen properti, Lamudi bekerja sama dengan 100 pengembang properti pada 2018. Hingga pada 2020, Lamudi resmi menjadi bagian dari Emerging Markets Property Group (EMPG) dan mengakusisi lini bisnis properti OLX pada 2022.
Dalam perjalanan bisnisnya, Lamudi menyediakan interkonektivitas yang menghubungkan antara pengembang, agen, hingga mitra bank dengan pencari properti melalui satu platform yang mudah diakses.
Sampai 2022, saat Lamudi Property Fair diselenggarakan, perusahaan ini mengklaim ada kenaikan penjualan sebesar 205% dibandingkan tahun 2021. LPF 2022 saat itu mencatat tiga penjualan tertinggi jatuh pada properti dengan harga Rp600-700 juta (33,66%), diikuti oleh Rp300-400 juta (21,29%) dan Rp800-900 juta (9,41%).
Meskipun mengambil keputusan PHK karyawan, Lamudi mencatat ada kenaikan jumlah pelanggan berbayar sebesar 185% dan pendapatan sebesar 88%. Dari akuisisi bisnis properti OLX Indonesia, Kamudi menerima lebih dari 1,35 juta listing properti baru setiap bulan.