Profil Amran Sulaiman, Mantan Mentan yang Dipilih Kembali Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian di Istana Merdeka pada Rabu (25/10). Amran mengggantikan Syahrul Yasin Limpo yang mengundurkan diri usai terjerat kasus dugaan korupsi.
Amran adalah pengusaha dan sempat menjabat sebagai Menteri Pertanian periode pertama pemerintahan Jokowi. Ia adalah pemilik Tiran Group, konglomerat yang kini menjalankan pertambangan nikel di Indonesia Timur.
Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini memiliki pendidikan dan pengalaman panjang di bidang pertanian. Ia mengambil gelar sarjana di bidang pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar pada 1988 dan memperoleh gelar sarjana pada 1993. Amran kemudian melanjutkan pendidikannya untuk memperoleh gelar master dan pascasarjana dari universitas yang sama masing-masing pada tahun 2003 dan 2012 dengan subjek yang sama.
Amran lulus dengan IPK maksimal, dan mematenkan berbagai penemuan yang mencakup pengendalian hama. Ia saat ini memegang 5 hak paten dan sempat menjadi dosen di Universitas Hasanuddin.
Selain menjadi dosen, ia sempat bekerja di PT Perkebunan Nusantara selama 15 tahun. Amran lantas mendirikan bisnisnya sendiri yang dimulai dengan patennya atas racun tikus (bernama "Tiran" sebagai akronim dari Tikus diracun Amran) yang kemudian berkembang pesa. Kini, Tiran Group memiliki sejumlah anak usaha mulai dari pabrik gula hingga tambang emas dan nikel.
Amran yang menjadi relawan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 dipilih sebagai Menteri Pertanian periode 2014-2019. Saat mengakhiri jabatannya, ia sempat berpesan kepada Syahrul Yasin Limpo yang saat itu menggantikannya, untuk membenahi produksi empat komoditas strategis. Komoditas pangan tersebut di antaranya adalah gula, kedelai, bawang putih serta daging sapi.
Ia menyebut, masalah impor beras telah ditangani pada masa kepemimpinannya. Oleh sebab itu, Indonesia saat ini mampu memproduksi beras tanpa impor.
Amran kini kembali dipilih Jokowi untuk menjadi Menteri Pertanian di sisa periode kedua Kabinet Indonesia Maju. Harga beras yang tinggi kini menjadi salah satu pekerjaan yang menunggu Amran.