Profil Wang Chuanfu, Anak Petani Miskin dari Cina Pendiri BYD
Build Your Dream (BYD), produsen kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) asal Cina, akan meluncurkan produknya di Indonesia pekan depan. BYD akan merilis tiga model mobil listrik di Indonesia, yakni Dolphin, Atto 3, dan Seal.
Menurut laporan Insideevs BYD Group menguasai pangsa pasar untuk kendaraan listrik berbasis baterai sebesar 15,9% secara global. Hal ini dapat dilihat dari kinerja penjualan mobil listrik BYD pada kuartal IV 2023 yang mencapai 526 ribu unit, melampaui penjualan Tesla yang hanya 484 ribu unit.
Di balik kesuksesan BYD dalam menapaki pasar kendaraan listrik global, ada sosok Wang Chuanfu, seorang anak petani miskin yang berasal dari sebuah desa pertanian di salah satu provinsi termiskin di Cina. Di usia remajanya, Wang sudah menjadi yatim piatu dan dibesarkan oleh kakaknya.
Meski begitu, ia sosok yang berprestasi dan berhasil masuk perguruan tinggi, unggul dalam bidang teknologi baterai. Melansir Forbes, ada dua pendidikan yang pernah ditempuh oleh Wang yakni Magister Sains, Beijing Non-Ferrous Research Institute dan Sarjana Seni/Sains, Central South Industrial University of Technology.
Pria kelahiran 1966 ini mendirikan BYD pada 1995, di usianya yang baru 29 setelah menghabiskan bertahun-tahun bekerja sebagai peneliti untuk pemerintah. Pria lulusan jurusan kimia itu memulai perjalanan BYD saat masih berusia 29 tahun.
Bersama sepupunya Lu Xiangyang, Wang mengawali bisnis BYD dengan baterai isi ulang. Bisnis ini sangat berbeda dengan latar belakang orangtuanya yang merupakan petani miskin. Namun, langkahnya sejalan dengan reformasi struktural yang tengah berjalan di Cina.
Berkat kesuksesannya membangun BYD hingga mampu menyaingi Tesla, pundi-pundi kekayaan Wang terus bertambah. Melansir Forbes, kekayaan Wang pada 2014 tercatat mencapai US$ 4,3 miliar. Jumlah kekayaannya cukup mengalami fluktuasi hingga 2020 Forbes mencatat totalnya US$ 4,4 miliar.
Namun pada 2021, kekayaan Wang naik tajam hingga 270% menjadi US$ 16,3 miliar. Total kekayaan pria yang tinggal di Shenzhen, Cina ini menyentuh angka US$ 18,7 miliar pada 2023. Hal ini berkat kesuksesannya menakhodai BYD untuk menjadi penguasa pasar saat ini, mengalahkan Tesla.
BYD menjual 3,02 juta kendaraan pada 2023. Jumlah itu meningkat 61,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Reuters melaporkan produsen mobil yang berbasis di Shenzhen tersebut telah menjual sekitar 1,6 juta kendaraan listrik baterai serta sekitar 1,4 juta kendaraan listrik hibrida plug-in.
Berdasarkan data situs teknologi ramah lingkungan, CleanTechnica, mobil listrik buatan BYD menguasai daftar mobil listrik dengan penjualan terbesar global sepanjang Oktober 2023.
Keberhasilan BYD semakin memperkuat pengaruh Cina dalam industri otomotif global di tengah lambannya pemain lama seperti Toyota Motor Corp., Volkswagen AG dan General Motors Co. menggarap pasar kendaraan listrik.
“Lanskap kompetitif industri otomotif telah berubah,” kata Bridget McCarthy, kepala operasi Cina untuk hedge fund Snow Bull Capital yang berbasis di Shenzhen, yang telah berinvestasi di BYD dan Tesla, seperti dikutip dari Bloomberg.
BYD Masuk Pasar Indonesia
Pekan depan, BYD akan resmi masuk ke pasar Indonesia dengan meluncurkan tiga model. Peluncuran ini dilakukan di tengah upaya Indonesia untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik dalam upaya mengurangi emisi.
General manager BYD Asia-Pacific Auto Sales Division, Liu Xueliang mengatakan BYD itu sangat serius menatap potensi pasar otomotif Indonesia yang sedang berkembang, termasuk mobil listrik.
"Tren sudah tak bisa dikesampingkan. Sudah jelas soal transisi ke NEV (new energy vehicle)," kata Liu Xueliang di Kantor Pusat BYD, Shenzhen pada Rabu (20/12), seperti dikutip dari Antara. Dia menilai pasar mobil listrik di Indonesia masih berkembang. Hal ini menjadi alasan BYD serius untuk masuk pasar Indonesia.
Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao, mengatakan mereka sudah mempelajari karakteristik market otomotif di Indonesia sebelum masuk ke pasar mobil penumpang. BYD sebelumnya sudah menjajal lalu lintas Jakarta melalui armada taksi Blue Bird dan bus TransJakarta.
Ia mengatakan, menggunakan armada transportasi umum merupakan cara yang tepat untuk menguji ketangguhan mobil. Pasalnya, mobil terus bekerja di medan jalan yang bervariasi, berbagai cuaca, muatan yang banyak, hingga cara berkendara sopir yang berbeda-beda.
"Sejak dua tahun lalu, kami serius untuk mendalami Indonesia. Kami juga mempelajari segmen produk, teknologi yang relevan, serta infrastruktur yang available," kata Eagle.
Namun, Eagle belum mau membocorkan kisaran harga mobil listrik yang dijual di Indonesia. Dia mengatakan akan mengumumkannya saat peluncuran.
Di Thailand, BYD telah menjual Dolphin, Atto 3, dan Seal dengan kisaran harga mulai Rp 400 jutaan hingga Rp 700 jutaan. Eagle memastikan bahwa BYD saat ini sedang melakukan uji jalan di Indonesia untuk mendapatkan data yang akurat sebelum memutuskan jenis mobil BYD yang akan dibawa ke pasar Indonesia.