Profil Connie Rahakundini yang Berpolemik dengan TKN Prabowo-Gibran
Profil Connie Rahakundini Bakrie menjadi perbincangan setelah pernyataannya yang menghebohkan. Connie Rahakundini mengaku mendapat bocoran bahwa jika terpilih, Prabowo Subianto hanya akan menjadi Presiden Indonesia selama dua tahun, kemudian dilanjutkan oleh Gibran Rakabuming Raka.
Connie memprediksi nasib Prabowo Subianto akan berakhir sama dengan Megawati yang dikhianati Jokowi. Hal ini terungkap dalam video yang viral di media sosial. Dalam video tersebut, Connie mengaku sempat bertemu dengan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani terkait tawaran bergabung dengan TKN.
"Saya mau tanya emang Pak Prabowo ini bakal jadi presiden berapa lama? Ini menyampaikan Pak Rosan loh, mantan duta besar kita di Amerika. 'Jadi rencananya dua tahun. Tiga tahun berikutnya diikuti oleh Gibran'," kata Connie dalam video tersebut.
Rosan pun membantahnya. Rosan mengakui ada pertemuan dengan Connie pada November 2023. Namun, ia mengaku tak pernah menyampaikan hal tersebut.
"Pernyataan yang dua tahun itu bukan datang dari saya. Beliau (Connie) mengatakan, 'ini bagaimana kalau sudah dua tahun, atau kalau tiba-tiba Prabowo, saya ini orang intelijen, bisa saja Pak Prabowo diracun, bisa lebih cepat, itu bagaimana?' Dia bilang begitu," kata Rosan di Media Center Prabowo-Gibran, Jakarta, Minggu (11/2).
Rosan juga menyebut Connie sempat meminta jabatan Wakil Menteri Luar Negeri atau Wakil Menteri Pertahanan, apabila Prabowo lolos menjadi Presiden Republik Indonesia. "Saya bilang 'Bu itu bukan domain saya, tapi kalau ibu bekerja untuk Pak Prabowo mungkin ada pilihan lain, silakan disampaikan ke beliau," kata Rosan.
Lantas siapa Connie Rahakundini dan bagaimana sosoknya? berikut ulasannya.
Profil Connie Rahakundini
Connie Rahakundini Bakrie lahir di Bandung pada 3 November 1964. Ayahnya, Bakrie Arbie merupakan seorang ahli Nuklir Indonesia generasi kedua setelah Dr Baiquni. Sedangkan ibunya Ani Sekarningsih alias Puthu Swasti adalah seorang penulis sastra.
Connie merupakan mantan istri Djaja Suparman, mantan perwira tinggi TNI AD berpangkat Letnan Jenderal (Letjen). Djaja Suparman pernah menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada 1999-2000, setelah sebelumnya menjabat menjadi Pangdam Jaya pada 1998-1999.
Connie menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Indonesia. Dia juga pernah menempuh pendidikan di APCSS Asia Pasific Centre for Security Studies, Hawaii - Fu Xi Kang war Academy, ROC - Chevening Executive Programme for Democracy and Security di Birmingham University, United Kingdom (UK). Dia sempat menjadi Senior Research Fellow di The INSS Institute of National Security Studies di Tel Aviv Israel saat menyelesaikan penelitian desertasinya.
Selain dikenal sebagai pengamat militer, pertahanan dan keamanan, dia juga merupakan akademisi dan penulis. Connie menjadi penulis dari dua buku yakni Defending Indonesia yang diterbitkan pada 2009 dan Pembangunan Kekuatan & Postur Ideal TNI tahun 2007.
Sebagai akademisi, Connie mengajar pada Sekolah Diplomat Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Sesparlu dan Disparlu) serta beberapa kampus di dalam dan luar negeri. Dia juga menjadi Visiting Lecturer di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara dan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut.
Pemikirannya banyak dipakai di lembaga negara hingga dunia. Pemikiran dan pandangannya beberapa kali masuk dalam proses Perumusan kebijakan di DPR Komisi 1 dan DPRD, Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam), Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Kementerian Luar Negeri, Wantanas, Lemhanas, Wantimpres, dan Badan Intelijen Negara.
Connie juga kerap menyampaikan pemikirannya dalam ajang internasional, antara lain pada National Defense University (NDU) di Washington D.C, Global Security Meeting di Slovakia, ASEM-EU Regional Security Architecture Meetings Centre for Security Policy (CCSP) di Switzerland. Ia juga pernah tampil di The Delhi Dialogue Meetings, International Slocs Meetings, Milsatcom International Meetings serta di House of Lords, Foreign Commission Offce, Departement Of Defense & Secret Intelligence Service (MI6) Inggris.
Connie ditunjuk sebagai Dewan Pengawas Perhimpunan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pintahanas). Dia juga sempat masuk perpolitikan dengan menjadi Dewan Pakar Partai NasDem. Tahun lalu, Connie menyatakan mundur dari partai besutan Surya Paloh tersebut.
Kritik Kementerian Pertahanan
Profil Connie Rahakundini sebenarnya tidak terlalu asing. Dia sering menjadi narasumber media massa membicarakan isu-isu pertahanan dan militer. Bahkan, dia beberapa kali mengkritik kinerja Prabowo sebagai Menteri Pertahanan.
Salah satu kritikannya soal langkah pemerintah yang ingin berutang Rp1.760 triliun untuk membeli alutsista. Pembelian alutsista ini dilakukan oleh PT PT Teknologi Militer Indonesia atau TMI. Connie mengaku sempat mendatangi kantornya atas undangan seorang jenderal tentara yang terkait dengan perusahaan tersebut.
Dia terkejut, ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Gedung kantornya seperti tidak terawat dengan rerumputan yang tidak terurus. Connie juga mengaku mendapatkan pesan dari salah seorang anggota dewan yang menyarankan agar dirinya tidak usah cerita jika berada di PT tersebut.
Connie juga mengungkapkan PT TMI milik Prabowo Subianto. Kemudian, tiga dari empat komisaris PT TMI merupakan anggota Parta Gerindra yang dipimpin Prabowo. Saat mengungkapkan adanya mafia pengadaan alutsista di Kementerian Pertahanan ini, Connie masih berstatus anggota Partai NasDem.