Balada Trotoar Jakarta, Dilebarkan Lalu Dibongkar
Pemerintah DKI Jakarta tengah menuai kritik setelah membongkar trotoar yang mewadahi jalur sepeda dan pejalan kaki di persimpangan dekat Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pembongkaran oleh Gubernur Heru Budi Hartono ini menandai perubahan dari kebijakan pemerintahan sebelumnya yang dipimpin Anies Baswedan.
Di saat yang sama, Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta melakukan penutupan persimpangan wilayah itu. Tepatnya di Jalan Wolter Mongsidi dan Jalan Wijaya I sejak Jumat (14/4).
Tujuan penutpan adalah untuk mengatasi kemacetan. “Kalau tujuannya adalah ‘mengurai’ kemacetan di persimpangan, hari ini terbukti: gagal,” tulis komunitas sepeda Bike to Work Indonesia pada akun Instagram-nya, Senin (17/4). “Kemacetan malah menggila dan menyebar ke jalan-jalan permukiman di sekitar persimpangan.”
Pemerintah DKI Jakarta lalu memulihkan area putar balik tersebut. Beton-beton yang menutup jalur telah dipindahkan pada sore kemarin.
Trotoar Jakarta dari Gubernur ke Gubernur
Trotoar di persimpangan dekat Pasar Santa merupakan salah satu warisan dari pemerintahan Anies Baswedan. Pembangunan trotoar di Jalan Wolter Mongsidi tersebut merupakan bagian dari penataan trotoar di 10 ruas jalan di ibu kota pada 2021. Penataan trotoar ini menghabiskan anggaran hingga Rp 60 miliar.
Penataan trotoar merupakan bagian dari fokus Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk menjadikan fasilitas ini sebagai ruang ketiga bagi keluarga setelah rumah dan kantor. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mengatakan, sebelumnya trotoar terkesan hanya “basa-basi” dan fasilitas pejalan kaki dinomortigakan.
Dalam paparannya pada Oktober 2022, pemerintah DKI Jakarta telah membangun 265 kilometer trotoar, 103 kilometer jalur sepeda, dan 67 titik berbagi sepeda (bike sharing).
Pendahulunya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tampak memiliki visi yang mirip. Ahok pernah berencana membangun trotoar dengan lebar 10 meter di Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Muhammad Husni Thamrin, Jakarta Pusat.
Penataan trotoar di jantung DKI Jakarta itu pada akhirnya selesai seiring dengan peluncuran moda raya terpadu (MRT) pada 2019. Saat itu, Ahok tidak lagi memimpin ibu kota. Penataan trotoar ini memakan anggaran hingga Rp 360 miliar.
Ahok mulai mengemukakan rencana penataan trotoar di DKI Jakarta setidaknya sejak 2016. Eks Bupati Belitung Timur itu sempat memperkirakan bahwa terdapat 2.700 kilometer trotoar di ibu kota yang perlu dibenahi.
Gubernur sebelum Ahok, yaitu Joko Widodo, juga sempat menaruh perhatian khusus terhadap trotoar. Dalam artikel Tempo.co, Jokowi menyebut miris dengan kondisi trotoar Ibu Kota karena tidak manusiawi dan memberi rasa aman serta nyaman untuk pejalan kaki.
Ia lalu melebarkan trotoar di Jalan Gatot Subroto dari tiga meter menjadi delapan meter. Jalur tersebut juga dilengkapi untuk pengguna jalan disabilitas. Konsep ini kemudian menjadi percontohan untuk kawasan lain.
Jokowi sempat ingin merobohkan pagar-pagar gedung di sepanjang Jalan Sudirman hingga Jalan MH Thamrin agar jalur pejalan kaki menjadi lebih lapang dan luas. Namun, rencana ini tidak terlaksana karena ditolak oleh para pemilik gedung.