Sejarah Plaza Atrium Senen, Superblok Pertama di Jakarta
PT Cowell Development Tbk akan menjual salah satu asetnya, Plaza Atrium Segitiga Senin. Emiten pengembang properti berkode COWL mengumumkan aksi korporasi ini melalui laman keterbukaan efek Bursa Efek Indonesia per Rabu (16/8).
Tiga tahun lalu, COWL sudah diputus pailit dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pihak yang mengajukan pailit ini ialah PT Multi Cakra Kencana Abadi selaku kreditur COWL. Saham perusahaan juga masih dalam suspensi sejak Juli 2020. Harganya tetap di level Rp 40 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 243,56 miliar.
Melalui pengumuman di laman BEI, diketahui eksekusi terhadap hak pengelolaan Plaza Atrium Segitiga Senen dipegang oleh Euro Tanada. Perusahaan ini pemegang jaminan atas fasilitas yang diberikan PT Bank QNB Indonesia Tbk dan Qatar National Bank Singapore Branch.
Fasilitas yang dimaksud berdasar akta perjanjian penyerahan piutang antara dua bank tersebut dengan PT Euro Tanada tanggal 27 Maret 2023. “Dampak dari kejadian ini, pendapatan dari PT Cowell Development Tbk berkurang secara signifikan,” kata manajemen COWL, Kamis (21/9).
Beberapa proyek yang dipegang Cowell selain Plaza Atrium Senen berada di luar Jakarta. Misalnya adalah township The Oasis di Cikarang dan Borneo Paradiso di Balikpapan. Ada juga Melati Mas Residence di Tangerang dan Cowell Tower di Jakarta.
Superblok Pertama Jakarta
Plaza Atrium Senen mulai dibangun pada 1991 dengan anggaran Rp 80 miliar. Bangunan baru itu berdiri di lahan seluas 66 ribu meter persegi dan terdiri atas enam lantai. Dengan nama awal The Atrium, bangunan ini diresmikan pada 1992 oleh Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto. Melansir laman Sarana Jaya, Plaza Atrium menjadi superblok pertama di Jakarta.
Hadirnya Plaza Atrium Senen sempat meredupkan pamor kawasan Pasar Senen di dekatnya, kala itu. Kerusuhan massal 1998 dan pembawaan modern dari Plaza Atrium menjadi pemicunya. Akhirnya pada 2011 dibangun jembatan yang menghubungkan Plaza Atrium dengan Pasar Senen bagian utara.
Kawasan komersial terpadu itu terdiri atas mall, ruko, hotel bintang empat, dan gedung perkantoran. Pada awal pembangunan, Plaza Atrium berhasil menarik minat ritel besar seperti Matahari dan KFC. Kini, pusat perbelanjaan itu sudah punya 130 ritel, 50 restoran, 30 toko gawai, dan lebih dari 100 toko otomotif.
Diserang Bom
Pamor Plaza Atrium Senen tidak hanya menarik minat masyarakat, tapi juga pelaku pengeboman. Harian Kompas memberitakan ledakan bom jenis TNT terjadi di sana pada 1 Agustus 2001, sekitar pukul 20.10 WIB.
Pelakunya adalah seorang warga negara Malaysia bernama Dani (26) alias Taufik bin Abdullah. Tempo mencatat Dani adalah bagian dari kelompok teroris Abbas yang kemudian dihukum mati pada Mei 2002.
Akibat bom ini, kaca yang ada di pintu utama Plaza Atrium pecah berantakan. Plafon gedung serta kap lampu pun ikut rontok ke lantai. Sekitar 20 meter dari pusat ledakan, kaca gedung Pizza House jebol. Bom tersebut juga menyebabkan enam orang luka-luka.
Tidak berselang lama, sebulan kemudian bom kembali meledak di gedung parkir Atrium Senen. Ledakan merusak beberapa mobil di parkir lantai dua gedung tersebut. Untungnya tidak ada korban jiwa atau luka-luka dari pengeboman kali ini.