Kementerian ESDM Konversi 2.315 Pembangkit Listrik Fosil Menjadi EBT

Image title
30 Juli 2020, 18:42
esdm, energi baru terbarukan, pembangkit listrik
ANTARA FOTO/IGGOY EL FITRA
Ilustrasi, cerobong Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Kementerian ESDM akan mengonversi 2.315 pembangkit listrik berbasis fosil dengan EBT.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM terus mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Hal itu untuk mengurangi emisi dan mempercepat pencapaian target bauran energi sebesar 23% pada 2025.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syarial mengatakan pemerintah menargetkan pengurangan emisi hingga 29% pada 2030. Salah satu caranya dengan mempersiapkan Peraturan Presiden tentang Feed in Tariff untuk menggenjot pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan khususnya di wilayah 3T (terdepan, tertular, dan tertinggal).

Selain itu, pemerintah bakal mengonversi pembangkit-pembangkit listrik berbasis fosil yang menghasilkan emisi tinggi dengan pembangkit berbasis EBT. Berdasarkan hasil inventarisasi Kementerian ESDM, ada 2.246 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 23 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan 46 Pembangkit Listrik tenaga Gas Uap (PLTGU) yang akan dikonversi dalam waktu tiga tahun.

"Untuk PLTD yang dikonversi berusia lebih dari 15 tahun. Sedangkan PLTU dan PLTGU lebih dari 20 tahun," ujar Ego dalam siaran pers pada Kamis (30/7).

Pemerintah juga menggandeng Pemerintah Inggris meluncurkan program MENTARI: Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia. Program itu bertujuan mendukung pemulihan aktivitas ekonomi berbasis energi bersih.

Program Mentari yang berjalan dari 2020 hingga 2030, sambung Ego, merupakan salah satu terobosan penting dari implementasi transisi energi guna menstimulus perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

"Kehadiran MENTARI ini sangat tepat. Kami optimis bahwa program ini mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta menekan kemiskinan melalui pengembangan sektor energi terbarukan," ujarnya.

Ego mengakui kebijakan pembatasan fisik dan isolasi untuk mengatasai penyebaran Covid-19 berdampak signifikan bagi penurunan konsumsi global. Tercatat, konsumsi bahan bakar fosil lebih rendah 17,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...