Film Joker Penuh Kontroversi, Polisi AS Tingkatkan Keamanan
Polisi di kota-kota utama Amerika Serikat (AS) meningkatkan keamanan seiring dimulainya penayangan film "Joker" pada Kamis (4/10). Film tersebut dikhawatirkan bakal meningkatkan perilaku kekerasan.
Film "Joker" yang diangkat dari komik Batman dibintangi oleh Joaquin Phoenix. Pengamat film menyebut Joaquin sebagai aktor brilian yang menunjukkan perfoma luar biasa dalam perannya sebagai Joker, seorang penyendiri yang gemar melakukan aksi-aksi kekerasan demi ketenaran.
Biarpun begitu, tokoh Jahat dari DC Comic tersebutmenjadi kontroversi dan dikaitkan dengan penembakan massal pada 2012 di gedung bioskop Aurora, Colorado saat pemutaran film Batman "The Dark Knight Rises". Keluarga korban menyatakan kekhawatirannya terhadap film "Joker" yang tidak akan ditayangkan di Bioskop Aurora.
Petugas polisi bahkan menggunakan helm dan membawa senapan saat berjaga di pemutaran film "Joker" di New York Film Festival pada Rabu (2/10) malam waktu setempat. Penonton pun harus melewati pemeriksaan tas dan anjing K9 turut berjaga.
Polisi di New York, Los Angeles, dan Chicago menyatakan tak ada ancaman spesifik. Namun mereka tetap menambah petugas keamanan untuk memantau bioskop yang menayangkan film "Joker".
Website Hollywood, Deadline, melaporkan beberapa petugas keamanan menyawar di dalam gedung bioskop. Namun New York Police Departement (NYPD) belum mengonfirmasi laporan tersebut.
(Baca: Joaquin Phoenix, Heath Ledger dan Pemeran Joker Terpopuler Lainnya)
Salah seorang penonton, Charles Kiwacs mengatakan penembakan di Bioskop Aurora merupakan kejadian yang terisolasi. "Saya pikir tidak perlu ada ketakutan. Saya rasa itu kebalikannya, orang-orang ingin pergi keluar dan menunjukkan film tersebut bisa menjadi hanya sebuah film,"ujar Charles yang juga pembawa acara dan produser podcast seperti dilansir dari Reuters pada Sabtu (5/10).
Tyson Sheehan, siswa musik dari Australia mengatakan ingin menonton film tersebut setelah melihat cuplikan film. Namun dia jadi khawatir dengan isu yang diangkat dalam film, terutama jika dikaitkan dengan peraturan senjata api di AS yang dianggapnya cukup longgar.
Dia pun mengurungkan niat menonton film "Joker". "Ini benar-benar membuat saya mengurungkan niat untuk pergi ke bioskop dan menonton film tersebut. Setidaknya dalam minggu pertama atau kedua,"ujar Tyson.
Penonton di AS telah dilarang menggunakan topeng atau konstum di seluruh bioskop jaringan AMC dan Landmark. Sedangkan Alamo Drafthouse Cinema memperingatkan orang tua untuk tidak membawa anak-anak mereka ketika menonton film "Joker".
The Parents Television Council (PTC), pengawas media di AS, menyatakan peringatan yang sama pada Kamis lalu. " Orang tua mungkin merasa film ini kurang pantas bagi anak-anak biarpun film ini merupakan kelanjutan dari Batman," tulis PTC.
Studio film Warner Bros menyatakan pada pekan lalu bahwa film ini tidak mendukung kekerasan. "Itu bukan maksud dari film, pembuat film dan studio menyimpan karakter ini menjadi pahlawan," ujar Warner Bros dalam keterangan tertulis.
Di sisi lain, Sutradara "Joker" Todd Phillips mengkritik mereka yang menyerang film tanpa menontonnya. "Saya tidak membayangkan percakapan yang muncul di dunia. Saya rasa tak masalah jika film ini menjadi pembicaraan dan debat. Film ini adalah pernyataan, dan bagus untuk dibicarakan, tapi lebih bagus lagi jika kalian sudah menontonnya,"ujar Todd.
Terlepas dari kontroversinya, film ini diharapkan meraih pendapatan US$ 80 juta atau lebih pada minggu pertama penayangan di Amerika Utara.
(Baca: Sony dan Disney Sepakat, Spider Man Kembali Jadi Bagian Marvel)