Sebelum Masuk Holding BUMN Tambang, Krakatau Harus Selesaikan Utangnya

Image title
3 Mei 2019, 16:27
holding bumn tambang
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. Arviyan Arifin (kiri), Direktur Utama PT Inalum Budi Guna Sadikin (kedua kiri), Direktur Utama PT Timah Tbk. Mochtar Riza Pahlevi Tabrani (kedua kanan), Direktur Utama PT Antam Tbk. Arie Prabowo Ariotedjo (kanan) bertumpu tangan bersama seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tiga perusahaan BUMN di Jakarta, Rabu (29/11). RUPSLB tiga perusahaan BUMN meliputi PT Antam Tbk., PT Bukit Asam Tbk., dan PT Timah Tbk. memutuskan menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pers

PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) masih menunggu PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menyelesaikan restrukturisasi utangnya sebelum bergabung dalam Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor Pertambangan.

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Inalum menegaskan, restrukturisasi utang Krakatau Steel perlu dilakukan agar tidak menganggu keseimbangan neraca keuangan (balance sheet) Inalum. Apalagi Inalum memiliki utang dalam bentuk global bond.

"Supaya nanti pada saat dimasukkan, kami kan ada outstanding global bond, itu tidak membuat posisi balance sheet-nya Inalum terhadap global bond," kata Budi Gunadi kepada Katadata.co.id saat ditemui di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

Tahun lalu Inalum menerbitkan obligasi global senilai US$ 4 miliar atau sekitar Rp 58,4 triliun yang dicatatkan di Amerika Serikat (AS) dengan bunga sebesar 5,5% hingga 7,375%. Dana hasil penerbitan obligasi global tersebut digunakan untuk membiayai akuisisi saham PT Freeport Indonesia dan refinancing pinjaman yang didapatkan perseroan untuk membiayai akuisisi tersebut.

(Baca: Utang Inalum Membengkak 5 Kali Lipat Usai Akuisisi Freeport)

Menurut Budi, yang paling penting saat ini adalah tercapainya kesepakatan struktur restrukturisasi utang antara Krakatau Steel dengan pihak kreditur, baik bank BUMN maupun swasta. "Kalau memang jelas terlihat proses restrukturisasi sudah siap, disetujui oleh krediturnya, kondisinya akan menjadi lebih baik," kata Budi.

Ada pun, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim pernah mengatakan, penyelesaian restrukturisasi utang perusahaan senilai sebesar US$ 2,49 miliar atau sekitar Rp 35,1 triliun, memakan waktu hingga tiga tahun ke depan. Namun, bukan berarti Krakatau Steel bakal masuk ke Holding BUMN Tambang pada 2021 mendatang.

Pasalnya, Inalum dan Krakatau Steel terus melakukan pembicaraan mengenai konsolidasi ini dengan Menteri BUMN Rini Soemarno. Budi mengatakan, Rini ingin secepat mungkin Krakatau Steel masuk ke dalam Inalum.

Namun, Budi menilai masuknya Krakatau Steel ke dalam Holding BUMN Tambang tergantung seberapa cepat manajemen Krakatau Steel bisa melakukan kesepakatan dengan bank-bank pemberi pinjaman. "Jadi, tahap pertama memang restrukturisasi dulu," katanya menegaskan.

Di sisi lain, Silmy bilang masuknya Krakatau Steel ke holding BUMN tambang akan menciptakan integrasi bisnis yang lengkap dari hulu hingga hilir, yakni mulai dari tambang, masuk ke pabrik pemurnian (smelter), sampai ke produk baja.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...