Sambut Normal Baru, Pelindo II Kebut Digitalisasi Layanan di Pelabuhan
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC Pelindo II mempercepat teknologi digital dalam pelayanan kepelabuhanan untuk menyambut era new normal. Hal itu untuk mempermudah pelayanan dan mengurangi penyebaran Covid-19.
Direktur Utama IPC Arif Suhartono mengatakan digitalisasi tidak hanya terbatas pada penerapan teknologi, namun dengan seluruh proses pelayanan di pelabuhan. Oleh karena itu, kolaborasi antar pengguna jasa dan penyedia jasa (IPC) menjadi kunci.
“Butuh komitmen kuat semua pemangku kepentingan untuk mempercepat digitalisasi kepelabuhanan,” kata Arief dalam siaran pers pada Kamis (18/6).
Dia menyebut IPC bakal transformasi digital secara internal dan eksternal. Pada lingkup internal, IPC telah mengadopsi aplikasi digital untuk sistem di laut dan darat yang mencakup terminal pelabuhan, pergudangan, serta area pendukung lainnya. Dari sisi laut, IPC memanfaatkan teknologi inaportnet serta aplikasi digital lain seperti VMS, VTS, MOS, SIMOP untuk aktivitas labuh, kapal pandu, kapal tunda, kepil dan tambat.
Sedangkan dari sisi terminal, IPC memanfaatkan aplikasi TOS, NPK TOS, dan Car Terminal Operating untuk kegiatan bongkar muat serta pemindahan barang. Adapun untuk area pendukung IPC sudah memanfaatkan aplikasi Behandle Operating System, Warehouse Operating System, serta Autogate System.
(Baca: Tertolong Kinerja Anak Usaha, Pelindo II Cetak Pendapatan Rp 3,5 T)
(Baca: Di Tengah Pandemi, Arus Barang dan Penumpang Pelindo I Masih Meningkat)
Sedangkan dari sisi eksternal, IPC telah menggunakan platform e-Service untuk melayani pengguna jasa. Adapun fitur e-service tersebut di antaranya layanan registrasi, booking, billing, tracking, pembayaran, dan pengaduan pelanggan (e-care).
Selama pandemi Covid-19, berbagai platform digital yang disiapkan IPC terbukti efektif menjamin kelancaran layanan kepelabuhanan. Oleh karena itu, pemanfaatan platform e-Service akan diperkuat saat normal baru.
“Kami mendorong pengguna jasa terus memanfaatkan e-Service dan melanjutkan kebiasaan-kebiasaan baru yang sesuai dengan penerapan protokol kesehatan, di mana aktivitas pertemuan langsung atau tatap muka diminimalisir,” jelas Arif.
Menurut Arief, IPC hanyalah satu mata rantai yang ada dalam rantai logistik. Di pelabuhan ada 18 institusi atau lembaga lain yang menjadi bagian dari sistem logistik nasional. Jika semua pelayanan di pelabuhan bisa mengadopsi teknologi digital dan terintegrasi, bakal tercipta model bisnis baru di pelabuhan yang lebih cepat, lebih mudah dan transparan.
Lebih lanjut, Arief mengatakan IPC sudah memperkenalkan Port Community System (PCS) yang bisa digunakan sebagai platform bersama bagi semua pemangku kepentingan di pelabuhan. PCS merupakan sebuah sistem yang bisa memfasilitasi pertukaran informasi, data, dan dokumen secara cepat dan mudah.
Meski begitu, Arief mengakui, pemanfaatan PCS belum secepat yang diharapkan perusahaan. Pasalnya, hal tersebut mengubah kebiasaan-kebiasaan lama.
“Saya yakin era normal baru ini mendorong kita semua untuk mengarah pada pemanfaatan platform digital yang akan mempercepat semua pelayanan di pelabuhan,” katanya.
(Baca: Arus Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok Turun 4,2% Terdampak Corona)