Berbagai Metode Vaksin Covid-19, Gunakan Virus Tak Aktif hingga mRNA

Image title
25 November 2020, 19:32
vaksin virus corona, covid-19, virus corona, pandemi corona, pandemi, gerakan 3M, internasional
123rf.com
Ilustrasi, peneliti melakukan riset di laboratorium. Berbagai perusahaan farmasi menggunakan berbagai metode dan teknologi untuk menciptakan vaksin Covid-19 agar dunia terbebas dari pandemi.

Vaksin menjadi alat paling efektif untuk menghadapi penyakit menular seperti Covid-19. Berbagai perusahaan farmasi pun berlomba-lomba mengembangkan vaksin tersebut.

Aliansi vaksin dunia, GAVI, mencatat ada sekitar 200 kandidat vaksin virus corona yang dikembangkan oleh 300 lebih perusahan. Berbagai perusahaan farmasi itu pun menggunakan beragam metode pembuaan vaksin.

Advertisement

GAVI mengelompokannya dalam tujuh metode, yaitu RNA, DNA, protein subunit, virus hidup yang dilemahkan, virus yang tak aktif, vektor virus yang bereplikasi, dan vektor virus yang dihidupkan kembali.

Menurut GAVI, metode terbaru dalam pembuatan vaksin mengguna DNA dan RNA yang dapat menghasilkan kekebalan tanpa partikel virus. Center of Disease Controls and Prevention (CDC) di Amerika Serikat mendefinisikan teknologi RNA sebagai upaya membuat protein tidak berbahaya untuk disuntikan dalam tubuh manusia. 

Meski tidak berbahaya, protein itu tidak dikenali oleh tubuh sehingga meningkatkan sel darah putih berupa limfosit-T dan limfosit B. Sel darah putih itu mampu membentuk antibodi yang bisa digunakan jika terinfeksi virus corona.  

Vaksin berbasis RNA  juga lebih aman bagi pasien karena tidak diproduksi dengan menggunakan unsur yang dapat menginfeksi manusia. Selain itu, produksi vaksin RNA lebih cepat dan lebih murah daripada vaksin tradisional. 

Sebagian besar penelitian terkini menggunakan metode RNA untuk membuat vaksin. Seperti Pfizer dan Moderna yang menggunakan messenger RNA sintetis.

Messenger RNA membuat tubuh memproduksi protein dengan cara yang lebih terarah. “Antibodi tersebut tidak hanya akan bekerja melawan sedikit lonjakan protein yang dibuat setelah vaksinasi, tetapi juga akan mengenali dan menghentikan virus corona yang masuk ke sel kita jika terpapar di masa depan,” kata Paula Cannon seperti dilansir dari NBCNews.com pada Selasa (17/11). 

Dengan metode tersebut, Pfizer mampu mengembangkan virus yang efektif mencegah Covid-19 hingga 95% dan Moderna 94,5%. Menurut Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono, teknologi mRNA merupakan teknologi tingkat tinggi yang hanya dimiliki oleh beberapa perusahaan farmasi. 

Dengan teknologi tersebut, vaksin Covid-19 seharusnya tetap efektif meski virusnya bermutasi. Pasalnya, teknologi mRNA dapat membangkitkan imunitas yang bertahan lama.

Selain mRNA, beberapa perusahaan farmasi menggunakan metode spike protein. Salah satunya AstraZeneca yang vaksinnya telah menghasilkan efikasi hingga 70%. Menurut Pandu, efikasi hingga 70% sudah cukup untuk menangkal Covid-19.

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement