Enam Jenis Vaksin Covid-19 yang akan Digunakan di Indonesia

Image title
16 Desember 2020, 18:55
vaksin virus corona, covid-19, virus corona, pandemi corona, pandemi, jakarta, gerakan 3M
ANTARA
Ilustrasi, vaksin virus corona. Pemerintah telah menetapkan enam jenis vaksin Covid-19.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi akhirnya menggratiskan vaksin virus corona untuk masyarakat. Dia bahkan bersedia menjadi yang pertama mendapatkan suntikan untuk membuktikan keamanan vaksin. 

Pemerintah sejauh iin menetapkan enam jenis vaksin yang akan digunakan di Tanah Air. Keenam jenis vaksin tersebut yaitu Sinovac, Sinopharm, Pfizer/BioNTech, Moderna, AstraZeneca, dan Bio Farma.

Semua jenis vaksin itu dapat mulai beredar di publik setelah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Adapun setiap jenis vaksin memiliki perbedaan dari segi efikasi, jenis vaksin, hingga harga per dosisnya.

Berikut profil tiap vaksin yang nantinya akan jadi konsumsi masyarakat Indonesia berdasarkan data Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI):

CoronaVac (Sinovac)

Secara klinis, vaksin itu merupakan inactived vaccine yang secara umum terbuat dari mikroorganisme yang sudah dimatikan dengan proses kimia, radiasi, dan sebagainya.

Melansir panduan vaksin WHO untuk Indonesia, vaksin tipe ini memerlukan dua dosis untuk menimbulkan respon kekebalan yang memadai. Sehingga vaksin buatan Tiongkok itu diperkirakan dijual dengan harga US$ 30 dolar per dua dosis atau sekitar Rp 425 ribu.  

Adapun jenis inactived vaccine dinilai tidak berisiko menimbulkan penyakit lantaran tidak mengandung komponen hidup dari mikroba. Namun, vaksin jenis itu tidak selalu bisa meransang imunitas. Jika muncul kekebalan, efeknya ditaksir tidak bertahan seumur hidup.

Indonesia berkomitmen untuk menghadirkan tiga juta dosis CoronaVac yang terbagi atas dua kloter. Kloter pertama sebanyak 1,5 juta dosis pada November 2020, dan 1,5 juta sisanya pada Desember 2020. Namun, Sinovac baru bisa mendatangkan 1,2 juta dosis pada 6 Desember lalu.

Vaksin itu sudah memasuki tahap ketiga uji coba yang diakukan di Indonesia, Turki, dan Brazil. Adapun jumlah peserta uji ketiga ini sebanyak 9.000 orang.

Hasil uji coba tahap pertama dan kedua menunjukkan hasil efikasi yang masih lebih rendah jika dibandingkan dengan vaksin buatan Moderna dan Pfizer pada tahapan yang sama. Meski begitu, vaksin tersebut sudah mendapat izin guna terbatas di Tiongkok.

 

BBIBP-CorV (Sinopharm)

Vaksin Sinopharm memiliki beberapa kesamaan dengan CoronaVac besutan Sinovac. Salah satunya yaitu tipe vaksin yang merupakan inactive vaccine.

Hal itu menempatkan vaksin asal Tiongkok dalam posisi yang serupa dengan CoronaVac dari segi ketahanan dan efek samping. Selain itu, vaksin tipe itu memiliki kelebihan dari sisi penyimpanan.

Berbeda dengan beberapa jenis lainnya, innactive vaccine dapat disimpan di suhu yang tidak terlalu dingin. Dalam penyimpanannya, vaksin ini dapat disimpan dan tetap efektif pada suhu 2-8 derajat Celcius.

Dalam pengujian, BBIBP-CorV kembali memiliki kesamaan dengan CoronaVac, yakni sama-sama masih berada di tahap ketiga pengujian. Bedanya, pengujian dilakukan terhadap 21 ribu orang di Tiongkok, Uni Emirat Arab (UEA), dan Turki.

Berdasarkan studi kasus untuk fase pertama dan kedua, vaksin ini menunjukkan efikasi hingga 100%. Namun, data uji klinik tahap ketiga belum menunjukkan hasil yang jelas hingga saat ini. Meski begitu, izin penggunaan terbatas vaksin Sinopharm sudah diterbitkan di Tiongkok.

Dari segi harga, vaksin tersebut ditaksir berkisar US$ 145 dolarper dua dosis, atau sekitar Rp 2,06 juta. Berbeda dengan CoronaVac tadi, pemerintah Indonesia akan membeli 65 juta dosis vaksin ini hingga akhir 2021.

AZD1222 (AstraZeneca-Oxford)

Vaksin ini merupakan satu-satunya vaksin buatan Inggris yang rencanannya dibeli pemerintah Indonesia. Vaksin tersebut memiliki banyak perbedaan dengan dua vaksin buatan Negeri Tirai Bambu sebelumnya.

Salah satunya ialah tipe vaksin AZD1222. Vaksin ini bukan merupakan inactivated vaccine, melainkan menggunakan adenovirus. Mengutip Dr. Sanchari-Sinha-Dutta, adenovirus merupakan virus DNA beruntai ganda yang tidak terbungkus.

Dengan mengadopsi adenovirus sebagai bahan dari vaksin, Ia menilai bahwa vaksin umumnya aman dan tidak memiliki efek samping yang relatif sedikit. Selain itu, kelebihan vaksin meliputi stabilitas thermal yang lebih tinggi dan mudah masuk ke dalam tubuh melalui jalur mukosa sistemik atau pernapasan.

Vaksin dengan bahan dasar adenovirus ini sebelumnya sudah digunakan untuk memerangi penyakit lainnya seperti HIV, ebola, influenza, Mycobacterium tuberculosis, dan Plasmodium falciparum.

Dari segi harga, vaksin ini merupakan yang paling murah di antara vaksin impor lainnya. Harga vaksin ditaksir berada pada US$ 4 per dua dosis, atau berkisar Rp 56 ribu. Sama dengan vaksin lainnya, masyarakat perlu mengonsumsi dua dosis vaksin per orang.

Pemerintah berkomitmen akan mendatangkan 100 juta dosis vaksin ini hingga Maret 2021. Namun, vaksin ini juga masih berada pada tahap ketiga uji coba di AS, India, Brazil, Afrika Selatan, dan Inggris dengan total 30 ribu orang peserta. Hasil interim fase ketiga menunjukkan efikasi sebesar 70%.

Hasil uji coba tahap pertama dan kedua mengungkap bahwa lebih dari 1000 relawan melaporkan bahwa sistem imun bertahan selama dua bulan. Selain itu, izin penggunaan terbatas juga belum terbit di negara manapun terkait penggunaan vaksin ini.

 

Halaman Selanjutnya
Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...