Biaya Investasi Tinggi, Proyek Panas Bumi Berjalan Lambat

Image title
13 Agustus 2019, 19:16
kementerian esdm, panas bumi
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, tulisan panas bumi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan biaya investasi yang tinggi membuat proyek panas bumi berjalan lambat.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya  Mineral (ESDM) FX Sutijastoto menyampaikan, biaya investasi yang cukup tinggi membuat pengembangan proyek panas bumi berjalan lambat. Biaya investasi proyek panas bumi tinggi karena menggunakan teknologi terbaru.

Di sisi lain, PT Perusahan Listrik Negara (PLN) pun tak mampu membeli listrik dari panas bumi karena memperhatikan daya beli masyarakat yang rendah. "Kalau negara maju pendapatannya cukup tinggi, daya beli tinggi, itu ada terobosan. Karena teknologi baru biaya tinggi, itu bisa diberikan ke konsumen," ujar Sutijastoto ditemui disela The 7th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2019, Jakarta, Selasa (13/8).

Advertisement

Pria yang kerap disapa Toto ini pun menyebut masyarakat Indonesia sudah terlalu nyaman membeli energi murah karena selalu disubisidi oleh pemerintah. Sehingga, terlalu sulit untuk beralih menggunakan ke energi baru terbarukan. "Kita terlalu dininabobokan oleh subsidi BBM sehingga kita menikmati energi murah. Akibatnya saat kita beralih atau merubah mindset agak susah" ujarnya.

Maka dari itu, dia menyebut Pemerintah akan menyiapkan berbagai insentif agar harga panas bumi dapat kompetitif. Misalnya pembangunan infrastruktur panas bumi yang biayanya bisa dibayar kemudian oleh pemerintah. "Karena sebagian dari infrastruktur pembangunan transmisi sudah dilakukan pengembang listrik," ujarnya.

(Baca: Jusuf Kalla Sentil Jonan dan PLN soal Pengembangan Energi Terbarukan)

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement