Pelaku Industri Sebut Investor Ragu Investasi di Sektor Batu Bara

Image title
20 November 2019, 20:41
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia memberikan paparan dalam acara Katadata Forum mengenai \"Iklim Investasi dan Daya Saing Industri Batu Bara Indonesia\" di Graha Bimasena, Jakarta (20/11/2019). Dalam kesempatan itu, Hendra menyebut investor ragu
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia memberikan paparan dalam acara Katadata Forum mengenai \"Iklim Investasi dan Daya Saing Industri Batu Bara Indonesia\" di Graha Bimasena, Jakarta (20/11/2019). Dalam kesempatan itu, Hendra menyebut investor ragu untuk berinvestasi di industri batu bara Indonesia.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan hilirisasi batu bara bisa mendorong masuknya investasi ke Indonesia. Namun, investor justru ragu menanamkan modalnya untuk industri batu bara.

Pasalnya, harga komoditas batu bara dipengaruhi oleh regulasi dan geopolitik negara importir. "Harga batu bara ditentukan oleh pasar. Pasar itu dipengaruhi regulasi kebijakan di negara importir, geopolitik, yang pengaruh ke suplai dan demand,"kata Hendra dalam diskusi Iklim Investasi & Daya Saing Industri Batu Bara oleh Katadata Forum, di Jakarta, Rabu (20/11).

Advertisement

Ia mencontohkan Tiongkok yang mempunyai regulasi untuk membatasi kuota impor. Kemudian di Indonesia yang mengeluarkan regulasi penetapan harga btubara. "Investor di beberapa survei menyebut lebih banyak policy risk," katanya.

Selain itu, harga jual batu bara terus menurun karena pasokan yang berlebihan (over supply). Apalagi Indonesia merupakan negara eksportir batu bara terbesar di dunia sehingga terdampak pada rendahnya harga batu bara. 

(Baca: Energi Baru Ancam Industri Batu Bara, Pemerintah Dorong Hilirisasi)

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement