Virus Corona Bikin Investor Waswas, IHSG Anjlok 1,78%
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini, Senin (27/1), ditutup anjlok 1,78%ke level 6.133,2 Indeks rontok seiring kekhawatiran investor terhadap penyebaran virus corona.
Dikutip dari Reuters, pemerintah Tiongkok hari ini mengkonfirmasi terdapat lebih dari 2.700 kasus infeksi virus corona. Korban tewas akibat wabah tersebut kini mencapai 81 orang.
"Isu penyebaran virus corona merupakan yang paling krusial, karena belum ada obat penangkalnya,” kata analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta Utama kepada Katadata.co.id hari ini (27/1).
Menurut Nafan, isu virus corona turut mempengaruhi pergerakan indeks secara global, terutama di kawasan Asia. Shanghai Composite Index anjlok 2,75% dan Nikkei 225 Index turun 2,03% pada penutupan perdagangan hari ini. Dow Jones Index Future hingga pukul 16.26 WIB juga bergerak turun 1,15%. Sementara Srait Times Index dan Hang Seng Index ditutup menguat tipis.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga menilai bahwa pasar modal secara global, terutama Asia tertekan akibat kekawatiran penyebaran virus tersebut. Akibatnya, pasar modal dalam negeri juga dapat terimbas dalam sepekan ini.
(Baca: Rupiah Melemah 0,24% Akibat Kekhawatiran Global akan Virus Corona)
Pemerintah Tiongkok memang telah melakukan tindakan cepat menahan penyebaran virus dengan menghentikan perjalanan masuk dan keluar dari kota Wuhan. Ini sempat memberikan keyakinan bahwa wabah tak akan menjadi pandemi dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global.
"Tetapi Tahun Baru Imlek, di mana banyak warga melakukan perjalanan di dalam dan luar negeri menimbulkan kekawatiran di pasar," kata Hans.
Adapun pada perdagangan domestik hari ini, sektor industri dasar tercatat anjlok paling dalam mencapai 4,47%. Harga saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor tersebut yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk atau TPIA jeblok 9,77% menjadi Rp 9.000 per saham.
(Baca: Virus Corona Tewaskan 81 Orang, Tiongkok Perpanjang Libur Imlek)
Kemudian harga saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk atau INKP turun 5,33% menjadi Rp 7.550, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk atau TKIM lebih rendah 4,45% menjadi Rp 475, dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk atau CPIN melemah 2,09% menjadi Rp 7.025 per saham.
Sektor lainnya yang turun yakni aneka industri yang turun 3,12%. Saham berkapitalisasi besar yakni PT Astra Internasional Tbk atau ASII mengalami penurunan harga saham sebesar 3,58% menjadi Rp 6.275. Lalu harga saham PT Sri Rejeki Isman Tbk atau SRIL turun 4% menjadi Rp 240 per saham.
Kemudian indeks sektor pertambangan turun 2,84%. Saham yang menjadi penyebab turunnya sektor tambang adalah PT Adaro Energy Tbk atau ADRO dengan penurunan harga 6,16% menjadi Rp 1.295. Kemudian harga saham PT Bukit Asam Tbk atau PTBA turun 5,48% menjadi Rp 2.240 dan PT Aneka Tambang Tbk atau ANTM juga turun hingga 4,46% menjadi Rp 750 per saham.
Adapun total volume perdagangan di pasar modal sebesar 6,67 miliar saham dengan total nilai transkasi Rp 4,93 triliun. Terdapat 77 saham yang ditutup naik, 351 saham turun, dan 101 saham stagnan.
Meski begitu, investor asing tercatat masih melakukan beli di pasar reguler dalam negeri dengan nilai bersih Rp 179,59 miliar. Namun, di pasar negosiasi dan tunai, asing melepas saham-saham dengan nilai bersih Rp 18,43 miliar.