Saham Tambang dan Agri Berguguran, IHSG Sesi I Turun 0,47%
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama hari ini, Senin (20/1), turun 0,47% ke level 6.261. Koreksi pada indeks dalam negeri didorong oleh kinerja saham-saham di sektor pertambangan dan pertanian (agri) yang memerah.
Adapun pada sesi I ini ada 232 saham yang harganya turun, 120 saham naik, dan selebihnya harganya tak bergerak. Total transaksi saham nilainya mencapai Rp 3,27 triliun dari 4,03 miliar saham yang ditransaksikan 281.822 kali oleh investor.
Seluruh indeks sektoral bergerak turun dipimpin oleh sektor pertanian yang turun 1,74% diikuti sektor tambang turun 1,48%, infrastruktur turun 0,61%, aneka industri 0,51%, dan konsumer turun 0,35%.
Beberapa saham yang memberatkan laju indeks di antaranya Timah Tbk (TINS) harga sahamnya anjlok 6,82%, Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 5,36%, Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 3,13%, Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 3,04%, Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 2,25%, serta Indika Energy (INDY) 1,67%.
(Baca: IHSG Diramal Naik, Analis Rekomendasikan Saham Perkebunan dan Bank)
Kemudian harga saham Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 0,86%, Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) turun 0,42%, serta Harum Energy Tbk (HRUM) turun 0,37%.
Kemudian dari sektor pertanian, saham PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) memimpin dengan koreksi harga hingga 4,10%, diikuti Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun 2,72%, Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) turun 2,45%, serta Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR) turun 1,45%.
Sementara bursa utama Asia lainnya bergerak bervariasi dengan indeks Kospi naik paling kencang sedangkan Hang Seng turun paling dalam.
Hingga berita ini ditulis, indeks Kospi Korea Selatan naik 0,89% diikuti indeks Shanghai Composite 0,42%, dan Nikkei 225 0,21%. Kemudian Hang Seng turun 0,60% diikuti IHSG, dan Strait Times Singapura yang turun 0,18%.
(Baca: Kurs Rupiah Stabil 13.600/US$ Disokong Perdamaian AS-Tiongkok)
Kinerja bursa Asia yang bervariasi ini lantaran investor dipengaruhi oleh potensi Tiongkok tidak menjalankan komitmen perjanjian dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang ditandatangani pada 15 Januari 2019.
"Sampai keduanya mengimplementasikan kesepakatan tersebut, para investor diharapkan tetap berhati-hati," kata Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melalui risetnya.
Nico mengatakan bahwa kesepakatan tahap pertama ini menjadi salah satu point yang sangat penting bagi para pelaku pasar. Namun jika Tiongkok tidak menjalankan komitmennya, maka AS bakal memberikan sanksi kepada Tiongkok dengan tarif atau tindakan lain dalam kurun waktu 90 hari.
Nico melihat, potensi Tiongokok untuk tidak menjalankan kesepakatannya cukup besar. "Tentu kami berharap bahwa hal ini akan dijalani dengan konsisten, sehingga kesepakatan ini akan menjadi hal yang patut kita nantikan selama ini," katanya.
(Baca: AS Turunkan Produksi dan Perang Saudara di Libya, Harga Minyak Naik 1%)
Namun ada beberapa sentimen lainnya yang mempengaruhi laju bursa Asia lainnya yaitu bank sentral Tiongkok yang disebutkan bakal memangkas lagi suku bunga hingga 50 basis poin (bps) hingga akhir 2020, serta akselerasi pertumbuhan ekonomi Korea pada kuartal terakhir 2019.