Neraca Dagang Februari Surplus, IHSG Sesi I Melesat 0,6%
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada sesi I, Jumat (15/3), bertahan di zona hijau dengan kenaikan sebesar 0,6% ke level 6.451,86. Kinerja IHSG sejalan dengan bursa saham Asia lainnya yang mayoritas bergerak di zona hijau.
Indeks Shanghai tercatat mengalami kenaikan tertinggi di Asia sebesar 1,21%, diikuti Kospi yang naik 0,95%, Hang Seng naik 0,91%, Nikkei naik 0,77%, KLCI naik 0,19%, serta Strait Times naik tipis 0,05%. Sementara itu PSEi terkoreksi sendirian sebesar 0,34%.
Kinerja IHSG pada sesi I ini ditopang oleh sentimen domestik setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia periode Februari 2019 mencatatkan surplus sebesar US$ 330 juta atau sekitar Rp 4,6 triliun (Asumsi kurs Rp 14.000/dolar).
Capaian surplus neraca dagang ini mematahkan prediksi ekonom yang memperkirakan neraca dagang akan kembali defisit walau dengan nilai yang lebih kecil dibandingkan periode Januari yang defisitnya mencapai US$ 1,16 miliar.
(Baca: Sentimen Global dan Domestik Mendukung, IHSG Berpotensi Melaju Naik)
Dengan neraca dagang yang surplus maka ekspektasi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dapat lebih ditekan. Pada triwulan IV 2018, CAD Indonesia tercatat mencapai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari produk domestik bruto (PDB).
Sentimen dari neraca dagang ini berpotensi membuat nilai tukar rupiah mengalami penguatan, dan memberikan dorongan terhadap IHSG untuk terus melaju ke level yang lebih tinggi lagi.
Sementara itu sentimen global turut memberikan tenaga bagi IHSG untuk bergerak naik. Perkembangan perundingan dagang Amerika Serikat-Tiongkok masih terus berlanjut dan dikutip dari Reuters, perundingan tersebut berjalan dengan baik. Hanya saja kesepakatan dagang masih belum bisa disimpulkan pada akhir Maret ini seperti yang telah ditargetkan sebelumnya.
Dari Inggris, peluang terjadinya 'no deal Brexit' semakin kecil setelah pemungutan suara oleh parlemen Inggris mayoritas menolak Brexit tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa. Perkembangan ini menyuntikkan sedikit optimisme kepada investor global.
(Baca: Ekspor Februari Anjlok 10,03% Terseret Pelemahan Harga Komoditas)
Pada sesi I perdagangan, total transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) nilainya mencapai Rp 3,92 triliun dari 8,43 miliar saham yang diperdagangkan oleh investor. Sebanyak 201 saham bergerak naik, 135 saham turun, dan 147 saham tetap.
Saham-saham di sektor keuangan memiliki kontribusi paling besar dalam mendorong laju IHSG dengan kenaikan sebesar 0,8%. Sejumlah saham bank kelas kakap mengalami kenaikan pada sesi I di antaranya saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) yang harganya naik 1,69%, PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) naik 1,67%, serta PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dengan kenaikan 1,08%.
Sektor lainnya yang menopang laju IHSG yaitu industri dasar yang naik 1,23%, perdagangan 0,64%, infrastruktur 0,62%, properti 0,59%, manufaktur 0,53%, serta konsumer naik 0,36%. Sementara itu sektor tambang naik tipis 0,01%, pertanian turun 0,05%, dan aneka industri turun 0,01%.
Dana asing juga kembali mengalir masuk ke pasar saham domestik. Pembelian bersih saham oleh investor asing pada sesi I mencapai Rp 93,79 miliar. Saham dua bank pelat merah menjadi buruan investor asing, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) Rp 121,7 miliar, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) Rp 46,2 miliar.
(Baca: Rencana Lippo Karawaci Jual Saham Mengerek Prospek Peringkat Utangnya)