Selidiki Dugaan Transaksi Semu Saham, BEI Telah Panggil Pemilik Sekawan
KATADATA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspend) aktivitas perdagangan tiga perusahaan sekuritas di bursa sejak sesi pertama perdagangan hari Rabu ini (11/11). Ketiga perusahaan itu adalah PT Danareksa Sekuritas, PT Reliance Securities Tbk, dan PT Millenium Danatama Sekuritas. Mereka diduga tersangkut kasus gagal bayar transaksi gadai saham (repo) PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP).
Selain kasus gagal bayar transaksi repo, otoritas bursa tengah menelaah dugaan transaksi semu perdagangan saham alias penggorengan harga saham Sekawan. Sejak Senin lalu (9/11), BEI sudah menghentikan sementara perdagangan saham emiten berkode SIAP ini. Pertimbangannya, terjadi penurunan signifikan harga saham SIAP sebesar Rp 152 per saham atau minus 64,68 persen dari Rp 235 pada 16 Oktober 2015 menjadi Rp 83 per saham pada 6 November lalu.
Dalam suratnya kepada BEI, 2 November lalu, Direktur Sekawan, Jeffery Messakh, mengaku tidak tahu-menahu penyebab penurunan tajam harga saham perusahaan tersebut. "Perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material atau aktivitas pemegang saham tertentu yang bisa mempengaruhi nilai efek perseroan," katanya. Ia juga menyatakan Sekawan tidak memiliki rencana aksi korporasi dalam waktu dekat ini yang dapat mempengaruhi harga saham SIAP.
Saat ini, 46,06 persen saham Sekawan dimiliki publik. Sedangkan pengendali perusahaan ini adalah Fundamental Resources Pte Ltd. PT ASABRI (Persero) juga tercatat mengempit saham SIAP.
Menurut Direktur Utama BEI Tito Sulistio, BEI telah memanggil Rennier Abdul Rachman Latief, selaku pemegang saham Sekawan melalui Fundamental Resources, untuk menanyakan perihal gonjang-ganjing harga saham SIAP. “Kami sudah undang (Rennier) ke kantor (untuk) bicara beberapa hari lalu,” kata Tito kepada Katadata, Rabu (11/11).
Namun, Tito tidak menjelaskan lebih lanjut hasil pertemuan tersebut. Sedangkan hingga berita ini ditulis, Katadata belum mendapatkan konfirmasi dari Rennier.
Sekadar informasi, Rennier pernah menjadi Komisaris Utama Sekawan pada tahun lalu. Sebelumnya, dia pernah menjadi pemilik sekaligus Direktur Utama PT Energi Mega Persada Tbk dan petinggi PT Lapindo Brantas, dua perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Bakrie. Rennier juga pernah menjadi Komisaris Utama PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk, perusahaan jasa konstruksi yang harga sahamnya sempat meroket tahun 2009 silam.
Sebenarnya sudah beberapa kali BEI menghentikan sementara perdagangan saham SIAP lantaran harga sahamnya bergerak fluktuatif. Di awal tahun ini, harga saham perusahaan pertambangan batubara ini masih berada di level Rp 400 per saham, namun terus melorot hingga di bawah Rp 100 per saham.
Awalnya Sekawan adalah perusahaan percetakan plastik lembaran dan perdagangan yang berdiri tahun 1994, dan mencatatkan sahamnya di BEI pada Oktober 2008. Pada Juli tahun lalu, Sekawan menerbitkan saham baru (rights issue) senilai Rp 4,68 triliun. Danareksa bertindak sebagai pembeli siaga saham baru itu.
Mayoritas dana hasil rights issue Sekawan digunakan untuk mengakuisisi RITS Ventures Limited, yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Melalui cucu dan cicit usahanya, RITS Ventures memiliki mayoritas saham PT Wana Bara Prima Coal. Sedangkan Wana Bara mengempit 90 persen saham PT Indo Wana Bara Mining Coal. Perusahaan inilah yang mempunyai izin usaha operasi pertambangan seluas 5.000 hektare di Kutai Barat, Kalimantan Timur, yang direncanakan beroperasi secara komersial mulai Agustus 2014.
Alhasil, melalui skema backdoor listing Indo Wana Bara dan serangkaian aksi korporasi tersebut, lini usaha utama Sekawan berganti menjadi perusahaan pertambangan. Sejak itulah harga saham SIAP pun melonjak.