PLN Paparkan Penyebab Prospek Peringkat Utang Turun jadi Negatif
Standard and Poor's merevisi turun prospek (outlook) peringkat kredit PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dari "Stabil" menjadi "Negatif". Manajemen PLN menyatakan, penurunan itu konsekuensi dari revisi outlook peringkat utang Indonesia.
"Karena hingga saat ini rating PLN masih disetarakan dengan Pemerintah oleh S&P," kata Sekretaris Perusahaan PLN Adi Setiawan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (15/5).
Adi menambahkan bahwa revisi outlook PLN merefleksikan sensitivitas terhadap rating Indonesia lantaran 100% saham PLN dimiliki Pemerintah. Metodologi S&P menganggap PLN sebagai entitas berelasi dengan pemerintah alias Government-Related Entities.
(Baca: Menteri BUMN Erick Thohir Kembali Merombak Jajaran Direksi PLN)
Dengan metodologi itu, S&P menilai bahwa pemerintah akan memberikan dukungan kepada entitas relasinya untuk dapat memenuhi kewajiban finansialnya tepat waktu. "Oleh Karena itu pihak berelasi dengan Pemerintah akan mengikuti outlook atau rating dari Pemerintah," kata Adi.
Dalam menyikapi revisi outlook ini, PLN menyadari betul pentingnya faktor likuiditas sebagai konsen utama perusahaan dan meningkatkan rating assessment bagi PLN.
Maka itu, PLN telah menjalankan beberapa langkah untuk memperkuat likuiditas, seperti melakukan optimalisasi belanja modal dan belanja operasional. PLN juga menguatkan working capital dan memastikan ketersediaan likuiditas valuta asing dan rupiah yang memadai.
(Baca: Diskon Listrik Mei Sudah Bisa Diakses Lewat Website & Whatsapp PLN)
Selain itu, BUMN listrik ini juga mengatur risiko finansial alias menerapkan financial risk management dan mengupayakan percepatan pembayaran kompensasi oleh pemerintah dan pihak lain. PLN berharap mampu memperkuat likuiditas perusahaan dengan diterapkannya langkah-langkah ini.
"Lalu, menurunkan risiko dan memperbaiki rating assessment bagi PLN," kata Adi.