PHK dan Efisiensi Karyawan Melanda Perusahaan Publik, Ini Daftarnya
Pandemi corona berdampak pada setiap lini bisnis. Banyak perusahaan yang terpaksa mengambil langkah drastis demi menekan biaya karena bisnisnya tak dapat beroperasi normal atau bahkan berhenti sepenuhnya.
Bagi perusahaan yang masih dapat melanjutkan operasionalnya, meski tidak maksimal, sebisa mungkin menghindari pemutusan hubungan kerja atau PHK karyawan dan berusaha melalui pandemi dengan merumahkan dan melakukan pemotongan gaji karyawannya.
Namun bagi perusahaan yang operasionalnya berhenti total, tidak hanya merumahkan dan memotong gaji, mereka juga terpaksa mem-PHK sebagian karyawannya, dan berharap pandemi ini segera berlalu.
Beberapa perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan kabar tidak mengenakkan tersebut kepada seluruh stakeholder-nya, mulai dari pemegang saham hingga otoritas bursa.
(Baca: Dampak Pandemi Corona ke Bursa Saham, Tiga Perusahaan Tunda IPO)
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST)
Pemegang hak merek waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk terpaksa merumahkan hingga 4.988 orang karyawannya sejak awal tahun ini. Tidak hanya itu, ada 4.847 karyawan lainnya yang terkena pemotongan gaji.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan melalui laman resmi BEI, KFC menjelaskan langkah tersebut harus diambil karena perusahaan harus menutup 115 gerai karena pusat perbelanjaan atau plaza yang ditutup di seluruh Indonesia, tidak hanya di Jakarta, untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Manajemen KFC mengaku bahwa kontribusi pendapatan dari kegiatan operasional yang terhenti terhadap total pendapatan mencapai 25-50%. Perusahaan pun memperkirakan labanya tahun ini bakal turun hingga 50%.
"Strategi kami di tengah pandemi dengan menerapkan hanya melayani take-away, home delivery, drive-thru, maupun order online di tengah pembatasan yang diterapkan pemerintah," tulis manajemen perusahaan berkode emiten FAST ini melalui keterbukaan informasi.
(Baca: Usai Tutup 115 Gerai, KFC Tak Yakin Kinerja Perusahaan Optimal)
PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO)
Sementara itu, perusahaan yang bergerak di bidang penjualan properti, PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO), terpaksa melakukan PHK karyawannya sebanyak 12 orang. Selain itu, perusahaan juga melakukan pemotongan gaji sebesar 50% kepada 259 orang karyawan.
Perusahaan properti ini mengaku bahwa Covid-19 membuat operasional pusat perbelanjaan dan hotel di Pontianak, Kalimantan Barat, terganggu. Lalu, tidak ada penjualan unit apartemen di Jakarta selama PSBB berlaku. Adapun kontribusi pendapatan dari kegiatan operasional yang terhenti itu sebesar diperkirakan kurang dari 25% dari total pendapatan 2019.
Karenanya, Rimo memperkirakan ada penurunan total pendapatan untuk periode April 2020 sebesar 51% hingga 75%. Hal itu, tentu akan membuat laba bersih perusahaan pada periode April 2020 turun dengan persentase yang diperkirakan sama dengan turunnya pendapatan perusahaan.
Karenanya, pihak manajemen tengah menerapkan strategi di tengah pandemi ini dengan tetap melakukan promosi untuk memasarkan unit apartemen dan mengoperasionalkan kembali unit usaha seperti pusat perbelanjaan dan hotel.
(Baca: Survei LIPI: 41% Pengusaha Bertahan hingga Juli, Agustus Gulung Tikar)
PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK)
Senasib, PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) juga harus menyampaikan kabar buruk kepada 168 karyawannya yang harus terkena PHK. Sementara, 172 orang karyawan terpaksa dirumahkan, serta 260 orang karyawan lainnya terkena dampak dengan status lain seperti pemotongan gaji.
Langkah manajemen ini terpaksa diambil, pasalnya terjadi penghentian operasional secara total karena pandemi Covid-19. Perusahaan ini fokus pada produksi bahan bangunan, terutama keramik, lalu mendistribusikannya ke distributor maupun proyek-proyek.
"Selama pandemi Covid-19 ini, distributor kami mengalami kendala dalam mendistribusikan produk dikarenakan pembatasan mobilitas yang terjadi," kata manajemen Cahayaputra Asa Keramik dikutip dari keterbukaan informasi.
Di samping itu, distributor produk Cahayaputra Asa Keramik, juga menolak untuk melakukan pembelian barang dikarenakan kurangnya pembeli. Lalu, terjadi penurunan permintaan keramik oleh proyek-proyek mengalami penurunan cukup signifikan karena pembangunan yang hampir terhenti di setiap daerah.
(Baca: Hindari PHK Akibat Corona, Garuda Rumahkan 800 Pegawai Kontrak)
"Sehingga apabila kami tetap melanjutkan kegiatan produksi kami, akan berakibat pada penumpukan stock yang akhirnya akan menggerus cashflow perseroan," kata manajemen menerangkan.
Akibatnya, manajemen meramalkan terjadi penurunan pada total pendapatan dan laba bersih untuk periode Maret-April 2020 ini sebesar 25% hingga 50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meski begitu, manajemen Cahayaputra Asa Keramik menjelaskan bahwa pada awal semester kedua tahun ini, perusahaan akan menjalankan satu unit mesin baru berkapasitas 7 juta m2 per tahun yang akan meningkatkan efisiensi dibanding dengan mesin yang sudah ada. Sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi positif.
PT Eastparc Hotel Tbk (EAST)
Perusahaan lain yang juga terpaksa melakukan PHK kepada karyawannya yaitu PT Eastparc Hotel Tbk (EAST), yakni sebanyak 65 orang. Sementara 30 karyawan lainnya dirumahkan, dan 98 karyawan harus menerima pemotongan gaji.
(Baca: Pandemi Corona Memukul Mundur Proyek Trump-Hary Tanoe di Indonesia )
Manajemen menjelaskan bahwa penyebaran virus corona membuat operasional hotel yang dikelola perusahaan berhenti secara total. Padahal bisnis hotel memiliki kontribusi hingga 25% terhadap pendapatan perusahaan sepanjang 2019.
Oleh karena itu, perusahaan melakukan berbagai upaya untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dengan melakukan penghematan biaya di segala aspek. Begitu juga dengan strategi di bidang penjualan yaitu dengan membuat paket menginap dengan harga spesial dan melakukan promosi di media sosial.
Eastparc juga akan membuka hotel yang dikelolanya secara bertahap mulai pertengahan Juni 2020 mendatang. "Memanfaatkan stimulus pemerintah dalam meningkatkan laju konsumsi rumah tangga yang akan dilakukan pada kuartal ketiga 2020," kata manajemen dikutip dari keterbukaan informasi.
PT Pudjiati & Sons Tbk (PNSE)
Contoh lainnya, PT Pudjiadi & Sons Tbk (PNSE) yang juga terpaksa melakukan PHK terhadap 80 karyawannya sejak awal tahun ini. Adapun pengurangan karyawan kontrak ini disesuaikan dengan jumlah kamar yang dibuka.
Selain itu, ada 1.022 karyawannya yang terdampak pandemi Covid-19 dengan status lainnya. Perusahaan melakukan penjadwalan ulang terhadap karyawan tetapnya dan melakukan potongan gaji sebesar 50% (unpaid leave).
(Baca: Dampak Corona di RI, 1.266 Hotel Ditutup & 150 Ribu Pekerja Dirumahkan)
Langkah tersebut diambil sejalan dengan penghentian sebagian operasional hotel yang dikelola oleh perusahaan. Pudjiadi & Sons menerapkan kebijakan dengan hanya membuka sekitar 4% hingga 22% dari seluruh jumlah kamar hotel yang dikelola oleh perusahaan.
Padahal, sekitar 75% penyokong pendapatan perusahaan tahun lalu berasal dari hotel yang ditutup operasionalnya sementara itu. Karenanya, periode April-April 2020 ini diperkirakan pendapatan dan laba bersih perusahaan akan tergerus 75% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Untuk bertahan di tengah pandemi ini, perusahaan melakukan negosiasi kontrak dengan para supplier perusahaan. Begitu juga dengan melakukan penjualan tanah yang dimiliki oleh Pudjiadi & Sons.
Selain itu, perusahaan pun diketahui memiliki kewajiban jangka pendek dengan nilai Rp 4,75 miliar, untuk itu manajemen pun melakukan negosiasi dengan bank pemberi pinjaman. "Dengan pengajuan Modal Kerja untuk mengatasi tagihan yang segera jatuh tempo," kata manajemen.
(Baca: Hasil Survei: 44% Pekerja Formal Terganggu Upahnya karena Pandemi)
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN)
Begitu juga yang terjadi pada perusahaan pengolahan dan perdagangan produk pertanian PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN). Perusahaan melakukan PHK terhadap 21 karyawannya karena terdampak pada pembatasan operasional.
Penyebab pembatasan operasional ini sejalan dengan penerapan social distancing pada karyawan bagian produksi yang bekerja saat ini, sehingga bekerja secara bergantian. Pembatasan tersebut diperkirakan bisa menggerus pendapatan periode Maret-April sebesar 25%-50% dan bisa berakibat turunnya laba bersih sekitar 75% secara tahunan.
Tercatat, hingga siang kemarin, Senin (25/5), total kasus positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 22.750 kasus. Dari total tersebut, sebanyak 5.642 pasien dinyatakan sudah sembuh, sedangkan kasus kematian sebanyak 1.391 orang. Virus corona di Indonesia telah menjangkau 405 kabupaten/kota di seluruh provinsi.
(Baca: Jumlah Positif Covid-19 di RI Tambah 479 Orang, Total 22.750 Kasus)