Profil Djony Bunarto, Presiden Direktur Astra yang Baru
PT Astra Internasional Tbk (ASII) telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Selasa (16/6). Hasilnya Djony Bunarto Tjondro ditunjuk menjadi Presiden Direktur menggantikan Prijono Sugiarto yang telah menjabat sejak 1 Maret 2010.
“Dapat kami sampaikan sebagai berikut mengangkat bapak Djony Bunarto Tjondro sebagai Presiden Direktur,” kata Head of Corporate Affair Astra International, Riza Deliansyah saat mengumumkan penunjukan dirinya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (16/6). Sementara Prijono akan menjabat sebagai Presiden Komisaris.
Dalam kesempatan sama, Djony menyatakan akan mengedepankan kedisiplinan finansial sebagai langkah penting menghadapi periode pandemi virus corona. Khususnya dalam menyelamatkan kinerja perusahaan yang terpengaruh pandemi.
“Mengenai capex, kami melakukan revisit kembali, tentu dalam situasi seperti ini di mana semua bisnis turun, konservasi cash itu sangat penting. Makanya kami melakukan re-priotising terhadap belanja modal,” kata Djony.
Djony pun menyatakan akan menekan pengeluaran biaya yang tak perlu dan berupaya menjaga kelancaran arus kas di seluruh unit anak usaha Astra. “Kami juga selalu berusaha menjaga bisnis yang dimiliki Astra untuk mempertahankan cost leadership,” kata dia.
(Baca: Djony Bunarto Resmi Jadi Presdir Astra Menggantikan Prijono Sugiarto)
Profil Djony Bunarto
Seperti diberitakan Katadata.co.id sebelumnya, Djony menjadi salah satu kandidat kuat direktur utama Astra Internasional selain Direktur Astra Internasional Gidion Hasan. Kabar terkait dua nama ini beredar di kalangan pelaku pasar saham.
Dari riwayat hidup Djony yang diunggah di situs Astra.co.id, tercatat ia lahir pada 2 Mei 1964. Ia pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Teknik jurusan Teknik Mesin Universitas Trisakti angkatan 1989 dan Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI)/Monash Mt. Eliza Business School Australia angkata 1996.
Jabatan terakhir Djony sebelum menjadi Presiden Direktur, adalah sebagai Wakil Presiden Direktur Astra Internasional sejak April 2019. Ia tercatat bergabung ke Astra pada 1990 sebagai staf engineering. Kariernya berlanjut menjadi asisten manajer engineering pada 1992 dan mendudukinya selama lebih kurang dua tahun. Pada 1994, ia didaulat menjadi Kepala Departemen Pengadaan sampai 1997.
Setahun setelahnya, Djony beralih jabatan sebagai Kepala Divisi Produksi dan menjabat selama lebih kurang dua tahun. Kariernya di Astra terus menanjak dan menduduki sejumlah jabatan penting lain, di antaranya Wakil Presiden Direktur PT Astra Nissan Diesel Indonesia (2001-2005) dan Chief Executive Nissan Diesel Sales Operation (2001-2006).
Djony juga pernah menjabat sebagai Presiden Direktur PT Astra Nissan Diesel Indonesia (2006), Chief Executive Izuzu Sales Operation (2007-2008) dan Presiden Direktur PT Astra Sedaya Finance (2009-Juni 2013).
(Baca: Jual Bank Permata, Astra Akan Fokus Garap Jasa Keuangan Ritel)
Sejarah Astra Internasional
Melansir situs resminya, Astra Internasional berdiri di Jakarta pada 1957 dengan nama awal Astra Internasional Inc. Pada 1990 perubahan nama terjadi menjadi PT Astra Internasional Tbk dalam rangka penawaran umum perdana saham perseroan kepada masyarakat yang dilanjutkan dengan pencatatan sahamnya di Bursas Efek Indonesia.
Pendirian Astra berawal dari niat Tjian Kian Tie yang ingin memiliki perusahaan perdagangan. Kepemimpinan perusahaan kemudian diserahkan kepada Willian Soeryadjaya sementara Tjian Kian Tie menjadi Komisaris. Namun sejak melantai di Bursa Efek Indonesia, Astra sudah menjadi perusahaan publik dan bukan perorangan.
Berdasarkan anggaran dasar Astra, kegiatan usaha yang dapat dijalankan perusahaan mencakup perdagangan umum, perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, jasa dan konsultasi. Kini, perseroan ini memiliki tujuh segmen usaha, yakni: otomotif; jasa keuangan; alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi; agribisnis, infrastruktur dan logistik; teknologi informasi; dan properti.
Dengan seluruh segmen bisnis tersebut, Astra memiliki 237 anak perusahaan, ventura bersama dan entitas asosiasi, dengan total karyawan 216.425 orang. Nilai kapitalisasi pasar Astra pada akhir 2019 mencapai Rp 280,3 triliun dan menjadikannya salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
(Baca: Rumor Rampungnya Akuisisi Kerek Saham Bank Permata dan Astra)