Tak Bagikan Dividen untuk Laba 2019, Saham Gudang Garam Anjlok 5,6%
PT Gudang Garam Tbk memutuskan tidak membagikan dividen untuk laba bersih sebesar Rp 10,8 triliun yang diraih sepanjang tahun lalu. Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Jumat (28/8).
RUPST Gudang Garam memutuskan menjadikan laba bersih 2019 sebagai laba yang ditahan dan akan dimasukkan seluruhnya dalam akun saldo laba. Laba ditahan ini akan digunakan untuk menambah modal kerja perseroan.
"Sehingga, perseroan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham untuk tahun buku 2019," kata manajemen Gudang Garam dalam siaran pers.
Usai hasil RUPST tersebut ditetapkan, saham emiten berkode GGRM ini langsung terjun bebas. Hingga menjelang akhir perdagangan hari ini, sahamnya turun hingga 5,68% menyentuh harga Rp 48.950 per saham.
Tercatat hingga tepat pukul 14.30 WIB, total volume saham yang diperdagangkan sebanyak 6,53 juta unit saham. Nilai transaksinya mencapai Rp 326,88 miliar sepanjang hari ini dan dengan frekuensi perdagangan sebanyak 12.282 kali transaksi.
Tekanan juga terjadi pada aksi investor asing, di mana pada pasar reguler investor melepas saham Gudang Garam dari portofolionya. Sejauh ini, investor asing menjual dengan nilai bersih mencapai Rp 33,23 miliar.
Seperti diketahui, sepanjang tahun lalu Gudang Garam berhasil mencatatkan laba bersih mencapai Rp 10,88 triliun, tumbuh hingga 36,55% dibandingkan dengan 2018. Kenaikan ini sejalan dengan pendapatan GGRM yang naik 15,4% dibanding 2018 mencapai Rp 110,54 triliun.
Peningkatan laba bersih tersebut berhasil diraih berkat performa penjualan produk Gudang Garam yang positif sepanjang tahun lalu. Sepanjang 2019 Pendapatan Gudang Garam tercatat sebesar Rp 110,54 triliun, naik 15,4% dibandingkan tahun sebelumnya
Pendapatan Gudang Garam pada tahun lalu masih disokong oleh penjualan produk sigaret kretek mesin atau SKM yang sebesar Rp 101,36 triliun, tumbuh 17% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 86,55 triliun.
Sementara, pendapatan dari produk berjenis sigaret kretek tangan atau SKT mencapai Rp 7,84 triliun, naik 5,9% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 7,4 triliun.