Pembatasan Jawa-Bali Picu Kepanikan Investor, IHSG Anjlok 1,17%
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 1,17% ke level 6.065 pada perdagangan Rabu (6/1). Bahkan, IHSG sempat turun hingga 2,43% kembali ke level 5.000, tepatnya 5.987.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa koreksi indeks hari ini disebabkan sentimen terkait pembatasan kegiatan masyarakat di Pulau Jawa dan Bali pada 11-25 Januari 2021 yang diumumkan pemerintah siang ini.
"Kebijakan PSBB ketat merupakan sentimen negatif utama bagi pasar. Dengan demikian, maka aksi panic selling kembali terjadi," kata Nafan kepada Katadata.co.id usai penutupan perdagangan hari ini.
Hal yang sama juga disampaikan oleh analis Panin Sekuritas William Hartanto yang bilang, pembatasan yang diterapkan pemerintah tersebut seperti diartikan sebagai lockdown. Hal ini yang membuat IHSG sempat anjlok hingga nyaris 2,5% di awal sesi kedua perdagangan hari ini.
"Kemudian setelah ditelaah lebih dalam, ternyata tidak separah itu. Makanya membaik dan IHSG kembali ke level 6.000," ujar William.
IHSG selalu terkoreksi cukup dalam setiap pemerintah mengumummkan pengetatan PSBB. Ketika DKI Jakarta mengumumkan PSBB pada April 2020 IHSG langsung terkoreksi sebesar 0,54%. Sama halnya ketika pengumuman PSBB pada September di mana IHSG turun hingga 5%.
Pergerakan IHSG ketika PSBB diterapkan dapat dilihat pada databoks berikut:
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, keputusan pembatasan di Pulau Jawa dan Bali kali ini disampaikan setelah ia menghadiri rapat terbatas Penanganan Pandemi Covid-19 dan Rencana Pelaksanaan Vaksinasi dengan Presiden Joko Widodo dan para Gubernur.
"Kami tegaskan ini bukan pelarangan kegiatan, tapi pembatasan," kata Menteri Airlangga di Kantor Presiden, Jakarta, tadi siang.
Kebijakan ini akan berlaku bagi daerah yang memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Pertama, wilayah dengan tingkat kematian di atas rata-rata tingkat kematian nasional atau di atas 3%.
Kedua, wilayah dengan tingkat kesembuhan di bawah rata-rata nasional yakni 82%. Selanjutnya, wilayah dengan tingkat kasus aktif di bawah rata-rata tingkat kasus aktif nasional sekitar 14 persen. Selain itu, wilayah dengan tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) ruang ICU dan isolasi di atas 70%.
Saham-saham Blue Chip Pimpin Koreksi IHSG
Meski diramaikan dengan aksi jual, aktivitas di pasar saham hari ini cukup ramai. Total nilai transaksi saham mencapai Rp 19,6 triliun, yang berasal dari transaksi 23,23 miliar unit saham, dengan frekuensi perdagangan 1,53 juta kali transaksi.
Saham-saham badan usaha milik negara (BUMN) ditransaksikan dengan nilai paling tinggi. Seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang hari ini ditransaksikan dengan nilai mencapai Rp 1,4 triliun. Namun, saham ini ditutup turun 0,45% menjadi Rp 2.220 per saham.
Selain itu, saham yang ditransaksikan dengan nilai besar adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan nilai Rp 1,3 triliun. Saham Waskita tercatat meroket hingga 10,3% menjadi Rp 1.660 per saham.
Tercatat pula, seluruh indeks sektoral hari ini ditutup di zona merah. Penurunan paling besar terjadi pada sektor infrastruktur sebesar 2,08%. Penurunan terjadi karena saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tercatat turun 2,88% menjadi Rp 3,370 per saham.
Saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar yang turun lainnya adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebesar 2,5% menjadi Rp 1.560 per saham. Di sisi lain, saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) juga mengalami penurunan signifikan 5,02% menjadi Rp 4.350 per saham.
Sektor lainnya yang mengalami penurunan yaitu pertambangan sebesar 1,18%, dimana saham-saham perusahaan batu bara mengalami penurunan sejalan dengan harga batu bara yang turun. Berdasarkan Trading Economics, harga batu bara turun 2,7% menjadi US$ 79,03 per metrik ton.
Sebut saja saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang turun 3,51% menjadi Rp 1.375 per saham. Lalu, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga mengalami penurunan sebesar 3,25% menjadi Rp 2.680 per saham. Lalu, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mengalami penurunan 3,49% menjadi Rp 13.125 per saham.
Sementara, harga minyak mentah tercatat mengalami kenaikan hingga 4,8% pada Selasa (5/1) menjadi US$ 49,93 per barel. Hal tersebut membuat saham PT Medco Energi Indonesia Tbk (MEDC) mengalami kenaikan hingga 7,87% menyentuh harga Rp 685 per saham.