Transaksi Saham Sepi, BEI Khawatir Investor Beralih ke Bitcoin
Perdagangan di pasar saham sejak awal April 2021 tercatat merosot dengan nilai transaksi harian hanya senilai Rp 9 triliun. Padahal pada Januari 2021, nilai transaksi harian bisa menembus level Rp 20 triliun.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menyusut 2% ke level 5.948 pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (12/4). Dalam sebulan, indeks saham bahkan merosot hingga 6,44%.
Di sisi lain, pergerakan instrumen bitcoin malah tumbuh agresif dengan persentase hingga dua digit pada kuartal pertama 2021. Pelaku pasar pun berspekulasi bahwa penurunan transaksi di pasar saham terjadi karena investor melarikan dananya ke mata uang kripto.
Menanggapi hal itu, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono W Widodo mengaku khawatir terkait banyaknya investor ritel di pasar modal yang mulai berinvestasi ke instrumen bitcoin.
"Secara pribadi ada sedikit kekhawatiran dari saya terkait hal ini. Walau saya belum tahu secara pasti seberapa besar penetrasi bitcoin di Indonesia," kata Laksono kepada awak media, Senin (12/4).
Secara umum, Laksono mengatakan Bursa belum memiliki pandangan terkait kehadiran mata uang digital tersebut di Indonesia. Pasalnya secara regulasi, bitcoin belum dianggap sebagai instrumen finansial yang diakui oleh Bank Indonesia untuk digunakan sebagai alat pembayaran atau transaksi.
Sebelumnya, Laksono menjelaskan aktivitas di pasar saham sepi lantaran investor menunggu hasil nyata dalam hal data-data perbaikan ekonomi. Selain itu emiten juga belum melaporkan laporan keuangan 2020 sehingga pasar masih wait and see.
Penurunan aktivitas di pasar saham baru-baru ini juga terjadi lantaran adanya wacana pembatasan mudik selama libur lebaran. "Tentunya juga berpengaruh terhadap sentimen investor terkait recovery ekonomi," kata Laksono.
Hal itu berbeda dengan aktivitas di bursa saham pada awal tahun ini yang melonjak tinggi. Fenomena itu terjadi karena January Effect yang memang kerap terjadi. Euforia pada bulan itu juga terjadi karena program vaksinasi Covid-19 yang dicanangkan oleh pemerintah sejak 13 Januari 2021.
Berdasarkan data RTI Infokom, dalam rentang 1-12 April 2021, rata-rata nilai transaksi harian di pasar saham senilai Rp 9,56 triliun. Lalu, rata-rata volume transaksi harian di Bursa pada periode tersebut sebanyak 19,01 miliar unit saham dengan rata-rata frekuensi harian sebanyak 1,05 juta kali.
Berdasarkan data bulanan Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata nilai transaksi harian sepanjang Januari 2021 mencapai Rp 20,51 triliun dengan rata-rata frekuensi perdagangan harian mencapai 1,58 juta kali. Lalu, rata-rata harian dari volume saham yang diperdagangkan mencapai 23,61 miliar unit saham.
Bulan berikutnya, Februari 2021, aktivitas mulai turun meski terbilang tinggi. Rata-rata nilai transaksi harian pada bulan itu mencapai Rp 15,59 triliun dengan rata-rata frekuensi harian mencapai 1,39 juta kali. Sedangkan rata-rata volume saham yang diperjual-belikan mencapai 18,52 miliar unit saham.
Sementara itu, untuk rata-rata nilai, frekuensi, dan volume transaksi harian sepanjang Maret 2021, Bursa Efek Indonesia belum merilisnya di website resminya.
Bank asal Amerika Serikat (AS) Goldman Sachs dan Morgan Stanley berencana menawarkan investasi mata uang kripto (cryptocurrency). Hal ini diperkirakan mendongkrak harga bitcoin hingga US$ 80 ribu atau sekitar Rp 1,1 miliar per koin dalam waktu dekat.
Trader Analysis Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, ketertarikan kedua perusahaan itu membawa angin segar bagi pasar aset kripto. "Masuknya Morgan Stanley dan Goldman Sachs akan menambah kepercayaan diri mata uang kripto untuk terus meningkat pada tahun ini," katanya kepada Katadata.co.id, Senin (5/4).
Ia pun memperkirakan harga bitcoin terus melonjak. “Kami memprediksi bisa mencapai US$ 80 ribu per koin dalam waktu dekat," ujar dia.
Sebelum Morgan Stanley dan Goldman Sachs, beberapa institusi masak ke pasar cryptocurrency. Mereka di antaranya MicroStrategy, yang rajin menabung bitcoin sejak tahun lalu.
Kemudian PayPal yang mengadopsi bitcoin untuk pembayaran dan instrumen investasi. Lalu produsen mobil listrik asal AS, Tesla yang membeli aset kripto itu US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21 triliun pada awal tahun ini.