Mudik Lebaran 2021 Dilarang, Bagaimana Nasib Emiten Transportasi?

Image title
3 Mei 2021, 16:11
Kebijakan larangan masyarakat untuk mudik Lebaran 2021 ini dianggap akan berdampak negatif pada produktivitas kinerja emiten sektor transportasi dan jalan tol.
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Layar menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (22/4/2020).

Pemerintah melarang masyarakat untuk mudik pada Lebaran 2021 demi mencegah penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut dianggap akan berdampak negatif pada produktivitas kinerja emiten sektor transportasi dan pengelola jalan tol.

"(Larangan mudik) itu menjadi sentimen negatif kalau dikaitkan dengan emiten-emiten berbasis transportasi," kata Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi dalam sesi podcast Market Movers persembahan Katadata.co.id dan KBR, Senin (3/5).

Meski demikian, Wafi menilai masih ada sentimen positif bagi emiten transportasi dalam menghadapi larangan arus mudik tahun ini, yaitu emiten yang punya bisnis logistik juga. Diversifikasi bisnis itu, dinilai bisa mempertahankan harga saham di tengah sentimen negatif larangan mudik.

"Kan ada beberapa emiten yang memang pure bisnis transportasi, tapi ada juga yang sumber pendapatannya dibagi dua, ada transportasi dan logistik," kata Wafi.

Salah satu emiten yang memiliki sumber pendapatan dari logistik adalah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Semenjak ada pandemi Covid-19, maskapai milik pemerintah tersebut mencoba meningkatkan porsi pendapatan dari bisnis kargo, walaupun kontribusinya masih lebih kecil dibanding pengangkutan orang.

Berdasarkan laporan keuangan Garuda kuartal III 2020, pendapatan Garuda masih didominasi dari penerbangan berjadwal, senilai US$ 917,28 juta pada kuartal III 2020. Masalahnya, pendapatan ini anjlok hingga 67,19% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 2,79 miliar.

Penerbangan berjadwal terdiri dari penerbangan penumpang serta kargo dan dokumen. Dari penumpang, Garuda hanya mampu mengantongi pendapatan US$ 736,51 juta, turun hingga 71,14% secara tahunan. Sementara itu, pendapatan dari pengiriman kargo dan dokumen US$ 180,77 juta atau turun 25,89% secara tahunan.

"Bisnis kargo menjadi salah satu strategi bisnis cukup baik supaya ke depannya ada diversifikasi bisnis. Tapi, overall di momen lebaran menjadi masih cukup menantang untuk emiten berbasis transportasi," kata Wafi.

Sentimen negatif dari larangan mudik lebaran juga menerpa emiten yang memiliki bisnis pengelolaan jalan tol. Hal tersebut disebabkan traffic pengguna jalan tol untuk antar-kota dan antar-provinsi bisa berpotensi turun karena adanya pengetatan mudik.

Emiten operator jalan tol yang bakal terdampak oleh larangan mudik seperti PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan emiten BUMN karya yang juga memiliki konsesi jalan tol. Di luar perusahaan pelat merah, ada PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) termasuk PT Astra International Tbk (ASII).

Meski ada sentimen negatif untuk emiten operator jalan tol, tapi Wafi melihat bisnis tol masih cukup bagus karena lalu lintas jalan tol dalam kota di beberapa kota besar mulai pulih, seperti Jakarta dan Surabaya. Harapannya, pendapatan dari aktivitas jalan tol dalam kota bisa membantu pendapatan emiten tol secara keseluruhan.

"Diharapkan porsi dari pendapatan dari tol yang di dalam kota, baik di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, bisa mengimbangi penurunan pendapatan dari tol antar-kota dan antar-provinsi," kata Wafi.

Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...