Bisnis Rumah Sakit Selamatkan Emtek, Omzetnya Kuartal I Melesat 20%
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) membukukan pendapatan sebesar Rp 3,12 triliun pada kuartal I 2021 atau meroket hingga 20% dibanding periode sama tahun lalu Rp 2,6 triliun. Salah satunya dikontribusi oleh pendapatan divisi bisnis kesehatan atau pengelola rumah sakit.
Berdasarkan laporan keuangan yang diunggah di keterbukaan informasi, omzet tersebut membuat perseroan mampu meraih laba bersih senilai Rp 102,08 miliar pada kuartal I 2021, setelah pada periode yang sama tahun lalu emiten konglomerasi sektor teknologi, media, dan kesehatan itu mengalami kerugian hingga Rp 157,46 miliar.
Kenaikan paling signifikan terjadi pada pendapatan jasa kesehatan dan rumah sakit, di mana pada kuartal I 2021 mencapai Rp 384,48 miliar. Nilai tersebut, meroket hingga 539% dibanding pendapatan pada tiga bulan pertama tahun lalu senilai Rp 60,11 miliar.
Kinerja yang cemerlang dari lini kesehatan tak terlepas dari peran PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), entitas usaha baru Emtek yang berperan mengelola jaringan rumah sakit. Tepatnya pada awal 2021, EMTK mengakuisisi perseroan dengan menggelontorkan dana Rp 581 miliar untuk mengambil alih 71,88% dari seluruh saham SAME dari PT Omni Health Care.
Pendapatan Emtek mayoritas berasal dari dua bisnisnya, penjualan barang dan iklan. Pada bisnis penjualan barang, Emtek berhasil mengantongi pendapatan senilai Rp 1,28 triliun atau meningkat 7,47% secara tahunan dari Rp 1,19 triliun.
Pendapatan Emtek dari iklan, nilai bersihnya mencapai Rp 1,22 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini atau turun ttipis 0,08% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Meski pendapatan perusahaan naik, beban pokok pendapatan juga meningkat 19,27% dari Rp 1,81 triliun menjadi Rp 2,16 triliun. Namun, hal tersebut tetap membuat laba kotor Emtek yang senilai Rp 959,44 miliar pada kuartal I 2021, mampu tumbuh 21,99% dari Rp 786,52 miliar.
Laba usaha Emtek pada kuartal I 2021 menurun 11,24% menjadi Rp 556,47 miliar dari raihan periode sama tahun lalu Rp 626,91 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa beban yang meningkat, seperti beban umum dan administrasi yang senilai Rp 454,28 miliar atau naik 13,13% dari Rp 401,56 miliar.
Sebelumnya, pada kuartal I 2020, Emtek harus menanggung operasi yang dihentikan senilai Rp 749,21 miliar, sedangkan pada periode tiga bulan pertama tahun ini tidak. Hal itu membuat Emtek merugi pada tiga bulan pertama tahun lalu, dan kini kinerjanya membaik.
Berkat Grab, Aset Emtek Melesat
Aset perusahaan milik Taipan Eddy Sariaatmadja itu melesat hingga 54,23% menjadi Rp 27,58 triliun pada Maret 2021 dari total aset pada Desember 2020 yang senilai Rp 17,88 triliun.
Salah satu komponen yang membuat aset tersebut naik adalah kas dan setara kas pada aset lancar yang senilai Rp 12,17 triliun per Maret 2021. Nilai tersebut, naik hingga 351% dari Desember 2020 yang hanya Rp 2,69 triliun.
"Terutama atas kenaikan kas dan setara kas sebesar Rp 9,48 triliun," kata Direktur Utama Emtek Alvin W. Sariaatmadja dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia yang dikutip, Senin (3/5).
Ia menjelaskan, kenaikan kas dan setara kas tersebut berasal dari aksi korporasi berupa penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu alias private placement yang dilaksanakan pada Maret 2021 dengan total raihan dana Rp 9,18 triliun.
Salah satu investor yang melakukan investasi pada Emtek adalah Grab Holdings melalui H Holdings. Selain Grab, investor baru yang mengambil saham baru Emtek adalah Naver Corporation dan beberapa investor institusi.
"Kenaikan kas dan setara kas, juga berasal dari penjualan saham treasury Emtek pada Maret 2021 yang menghasilkan dana Rp 275,46 miliar," kata Alvin menambahkan.
Salah satu entitas anak PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) juga membuat kas dan setara kas Emtek melejit. Pasalnya, pengelola Rumah Sakit Omni tersebut melakukan penawaran umum terbatas yang dilaksanakan Maret 2021 dari pemegang saham nonpengendali sebesar Rp 297,18 miliar.
"Selain perolehan tersebut, kas dan setara kas juga digunakan untuk kegiatan operasional, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan lainnya," kata Alvin.