Alfamart Umumkan Rencana Tambah Modal, Bermitra dengan Bank Aladin?
Langkah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pengelola gerai Alfamart, untuk mengakuisisi perusahaan teknologi semakin mendekati kenyataan. Emiten berkode saham AMRT ini mengumumkan rencana penerbitan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue maksimal 5 miliar saham dengan nilai nominal Rp 10 per saham.
Emiten retail dalam format minimarket dan jasa waralaba ini menerbitkan saham baru untuk memperkuat kondisi keuangan. Hal ini terkait dengan rencana pengembangan usahanya di masa yang akan datang.
"Perseroan berencana menggunakan tambahan modal dari penerbitan saham baru itu untuk berinvestasi pada perusahaan lain yang bergerak di bidang berbasis teknologi," demikian keterangan tertulis yang disampaikan pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4/5).
Dalam pemberitaan sebelumnya disebutkan, Alfaria akan bersinergi dan menjalin kerja sama strategis hingga penyertaan modal dengan bank digital PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK). Hal ini dilakukan untuk memperluas konsumen dan meningkatkan transaksi.
Ketika dikonfirmasi terkait target dana hasil penerbitan saham baru dan korporasi yang akan diakuisisi adalah Bank Aladin, Corporate Communication and General Manager Alfamart Nur Rachman enggan berkomentar.
"Sesuai keterangan dalam keterbukaan ya, untuk info selanjutnya bisa ditanyakan saat RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa)," ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (4/5).
Melalui penyertaan modal di perusahaan teknologi itu, Alfaria berharap dapat bersinergi untuk mendukung kegiatan utama dan pengembangan usaha perusahaan.
Dalam pengumuman tersebut disampaikan, pemegang saham yang tidak menggunakan haknya untuk memesan saham baru dalam proses rights issue akan terdilusi maksimal 10,75%. Saat ini pemegang saham mayoritas Alfamart adalah PT Sigmantara Alfindo sebesar 52,55%. Sedangkan 47,45% sisanya dimiliki oleh publik.
Rights issue akan digelar setelah mendapat persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB pada 6 Mei 2021, dan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Nantinya, penyetoran saham baru akan dilakukan secara tunai, dan tak ada dalam bentuk selain uang.
Sebelumnya, manajemen Alfamart mengaku membutuhkan mitra teknologi untuk mendukung sistem pembayaran di gerai retailnya. Beberapa tahun lalu, Alfa Group menjalin kerja sama strategis dengan Gojek yang memungkinkan masyarakat melakukan pengisian ulang atau top up Gopay di gerai Alfamart, Alfa Midi, dan Lawson.
Setelah kemitraan strategis dengan Gojek berakhir, Alfamart membutuhkan mitra baru yang mampu menyediakan sistem pembayaran yang memadai dan memperluas jangkauan bisnisnya.
Di sisi lain, Bank Aladin Syariah juga berencana menerbitkan maksimal 2 miliar saham baru dengan nominal Rp 100 per saham melalui rights issue. Perusahaan yang sebelumnya bernama PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk itu akan menggunakan dana hasil rights issue untuk memperkuat struktur permodalan.
Dengan begitu, Bank Aladin bisa meningkatkan daya saing dan menambah kemampuan perseroan untuk mengembangkan usaha demi mendukung pertumbuhan dalam jangka panjang.
"Dengan penambahan modal tersebut, pemegang saham yang tidak menggunakan haknya, maka persentase kepemilikan sahamnya akan terdilusi mencapai 13,16%," demikian terungkap dalam keterangan tertulis perseroan, Rabu (21/4).
Rights issue menjadi salah satu cara untuk memenuhi aturan OJK terkait modal inti. Otoritas mengatur modal inti bank setidaknya harus sebesar Rp 1 triliun pada 2020, lalu bertambah menjadi Rp 2 triliun pada 2021, dan Rp 3 triliun tahun depan.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru yang dirilis ke publik, tercatat modal inti BANK masih Rp 652,78 miliar per Juli 2020. Cara lain yang sudah dilakukan perseroan untuk meningkatkan modal inti adalah menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di pasar modal.
Perseroan baru saja melepas 5 miliar saham baru di harga Rp 103 per saham pada 1 Februari 2021 lalu. Saat ini mayoritas saham BANK dimiliki oleh PT NTI Global Indonesia sebesar 60,55%, sebesar 20% dimiliki oleh Bortoli International Ltd, dan Kasai Universal Inc memegang 6,18%. Sisanya, dimiliki oleh masyarakat.
Tambah Kegiatan Usaha
Langkah Sumber Alfaria Trijaya memuluskan upaya ekspansi terus berlangsung dengan merealisasikan rencana menambah cakupan bidang usaha.
Emiten ritel dalam format minimarket dan jasa waralaba ini menambah bidang usaha restoran dan kafe yang menjual dan menyajikan makanan dan minuman untuk umum di tempat usaha.
Dalam pengumumannya di keterbukaan informasi BEI, Alfaria menyebutkan akan menjalankan usaha dalam bidang perdagangan besar dan eceran, industri makanan, jasa keuangan, konstruksi, industri pencetakan, pengangkutan dan pergudangan, aktivitas penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, serta bidang real estate.
Hal itu diungkapkan dalam keterbukaan informasi sesuai POJK No.17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha.
Khusus untuk penambahan bidang usaha restoran dan kafe, perusahaan akan mengurus izin Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hal itu akan dilakukan setelah memperoleh persetujuan pemegang saham pada rapat umum yang berlangsung 6 Mei 2021.
Demi menjalankan proses kelayakan dalam perubahan kegiatan usaha utama, perseroan menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik Kusnanto dan Rekan untuk melakukan studi kelayanan dan memberi penilaian independen.
Hasilnya, Alfaria dianggap layan melakukan perubahan kegiatan usaha ditinjau dari aspek kelayakan pasar, kelayakan teknis, pola bisnis, model manajemen, dan aspek keuangan.
Saat ini, struktur permodalan Alfaria tercatat mayoritas dimiliki PT Sigmantara Alfindo sebesar 52,54%, sisanya masyarakat di bawah 5% dengan akumulasi 47,46%.