Harganya Meroket Pasca-IPO, Ini Proyeksi Harga Saham Bukalapak (BUKA)
PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menjadi pusat perhatian pelaku pasar modal, terbukti dengan harga saham yang meroket 24,71% ke level Rp1.060 pada perdagangan Jumat (6/8) hari ini. Analis pasar saham kompak merekomendasikan investor untuk membeli saham emiten e-commerce ini.
Senior Vice President PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menilai, investor menghargai potensi pasar e-commerce Indonesia yang sangat besar, salah satunya Bukalapak. Pasalnya, Bukalapak merupakan saham perdana berbasis teknologi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar sepanjang sejarah, yakni mencapai Rp 86,7 triliun.
Bukalapak memang masih membukukan laba sebelum pajak (EBITDA) yang negatif. Namun, kerugian perusahaan diproyeksi akan menyusut dalam empat tahun terakhir. Terlebih, Bukalapak didukung oleh ekosistem yang inklusif.
"So (jadi) saya rasa, management team aware (tim manajemen memperhatikan) hal itu," kata Janson kepada Katadata.co.id, Jumat (6/8).
Dengan demikian, menurut Janson, saham Bukalapak direkomendasikan untuk dilakukan akumulasi beli meski harganya sudah naik 24,71% menjadi Rp 1.060 per saham pada perdagangan perdananya. Pasalnya, target harga saham Bukalapak bisa mencapai Rp 1.500 per saham.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menilai, prospek Bukalapak secara fundamental memang belum mendekati baik. Namun optimisme investor terhadap perkembangan dunia digital dan e-commerce, membuat saham startup ini diminati investor.
Terlebih, Bukalapak didukung oleh ekosistem yang terbentuk dari pemegang sahamnya yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan Grab Holdings Inc.
"Untuk mendapatkan efisiensi logistik, pembayaran, dan teknologi aplikasinya bakal menjadi nilai plus oleh investor," kata Lanjar kepada Katadata.co.id.
Lanjar pun merekomendasikan investor membeli saham Bukalapak dengan tujuan investasi. Target harga saham Bukalapak yang dipasang oleh Lanjar berada di level Rp 1.400 per saham.
Tim analis Nomura Sekuritas Indonesia yang terdiri dari Nicholas Santoso, Sandy Ham, dan Raymond Kosasih mengatakan, ada elemen 'takut ketinggalan' yang kuat dari investor terhadap saham ini. Hal itu mendorong euforia minat pada saham Bukalapak.
Ditambah lagi, faktor kebijakan yang ketat Pemerintah Tiongkok terhadap perusahaan teknologi baru-baru ini banyak investor mencari nama teknologi lain yang dapat diinvestasikan. "BUKA sebagai pilihan investasi yang logis," kata tim riset tersebut.
Bisnis Bukalapak juga dinilai prospektif karena didukung oleh ekosistem digital induknya, yaitu Emtek dan Grab. Sinerginya bisa meliputi efisiensi aktivitas logistik, pembayaran melalui dompet elektronik, dan inovasi teknologi.
"EMTK dan Grab memiliki cross holding, tidak mengherankan jika Grab dapat mengambil saham di BUKA," kata riset tersebut.
Atas dasar tersebut, Nomura Sekuritas Indonesia juga merekomendasikan untuk beli pada saham Bukalapak. Tim riset tersebut memasang target harga pada saham Bukalapak di harga Rp 1.620 per saham.
Seperti diketahui, pada perdagangan perdananya, harga saham Bukalapak langsung naik 24,71% atau 210 poin menyentuh harga Rp 1.060 dari harga penawaran Rp 850.
Berdasarkan data perdagangan, tercatat total saham Bukalapak yang diperdagangkan hingga pukul 09.05 WIB sebanyak 302,7 juta unit. Nilai transaksinya mencapai Rp 320,86 miliar, dengan frekuensi sebanyak 1.636 kali. Nilai kapitalisasi pasar Bukalapak, tercatat senilai Rp 109,25 triliun, jauh melebihi nilai kapitalisasi awal Rp 86,7 triliun.
Kenaikan harga saham tersebut membuat secara otomatis perdagangannya terhenti otomatis atau auto rejection atas. Berdasarkan peraturan Bursa, harga saham di antara Rp 200 sampai Rp 5.000 bisa naik maksimal 25% dalam sehari.