Diburu Investor Lokal, Saham Bukalapak Dilepas Investor Asing Rp 279 M
Harga saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) ditutup naik hingga 24,71% menjadi Rp 1.060 pada perdagangan perdananya, Jumat (6/8). Di balik kenaikan tersebut, investor asing malah mengobral saham unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia ini.
Kenaikan harga saham tersebut membuat secara otomatis perdagangannya terhenti otomatis atau auto rejection atas sampai penutupan perdagangan saham. Berdasarkan peraturan Bursa, harga saham di antara Rp 200 sampai Rp 5.000 bisa naik maksimal 25% dalam sehari.
Berdasarkan data RTI Infokom, asing menjual saham Bukalapak senilai Rp 519,7 miliar dan melakukan pembelian hanya Rp 239,9 miliar di seluruh pasar (reguler, negosiasi, dan tunai). Alhasil, nilai jual bersih saham Bukalapak pada perdagangan hari ini tercatat Rp 279,8 miliar.
Secara rinci, investor asing menjual dengan nilai bersih mencapai Rp 246,7 miliar di pasar reguler. Sementara itu, di pasar negosiasi dan tunai saham ini dijual dengan nilai bersih Rp 33,13 miliar oleh investor asing.
Di sisi lain, investor domestik membeli saham Bukalapak dengan total mencapai Rp 1,3 triliun, sementara yang melakukan penjualan hanya Rp 1 triliun. Sehingga, asing tercatat melakukan beli dengan nilai bersih Rp 300 miliar.
Tercatat, saham Bukalapak diperdagangkan dengan volume sebanyak 524,14 juta unit saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 555,59 miliar. Frekuensi perdagangan sebanyak 4.293 kali. Adapun, nilai kapitalisasi pasar Bukalapak mencapai Rp 109,25 triliun.
Saham Bukalapak pun menjadi saham yang diobral oleh asing dengan nilai bersih paling besar di pasar reguler pada hari ini. Di bawahnya, ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dilepas asing dengan nilai bersih Rp 44,7 miliar.
Secara umum, investor asing memang tercatat melakukan aksi jual hari ini dengan nilai jual bersih Rp 159,97 miliar di pasar reguler. Di pasar negosiasi dan tunai, melakukan pembelian dengan nilai bersih Rp 32,49 miliar. Alhasil, secara umum asing jual dengan nilai bersih Rp 127,48 miliar.
Senior Vice President PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menilai, investor menghargai potensi pasar e-commerce Indonesia yang sangat besar, salah satunya Bukalapak. Pasalnya, Bukalapak merupakan saham perdana berbasis teknologi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar sepanjang sejarah, yakni mencapai Rp 86,7 triliun.
Bukalapak memang masih membukukan laba sebelum pajak (EBITDA) yang negatif. Namun, kerugian perusahaan diproyeksi akan menyusut dalam empat tahun terakhir. Terlebih, Bukalapak didukung oleh ekosistem yang inklusif.
"So (jadi) saya rasa, management team aware (tim manajemen memperhatikan) hal itu," kata Janson kepada Katadata.co.id, Jumat (6/8).
Dengan demikian, menurut Janson, saham Bukalapak direkomendasikan untuk dilakukan akumulasi beli meski harganya sudah naik 24,71% menjadi Rp 1.060 per saham pada perdagangan perdananya. Pasalnya, target harga saham Bukalapak bisa mencapai Rp 1.500 per saham.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menilai, prospek Bukalapak secara fundamental memang belum mendekati baik. Namun optimisme investor terhadap perkembangan dunia digital dan e-commerce, membuat saham startup ini diminati investor.
Terlebih, Bukalapak didukung oleh ekosistem yang terbentuk dari pemegang sahamnya yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan Grab Holdings Inc.
"Untuk mendapatkan efisiensi logistik, pembayaran, dan teknologi aplikasinya bakal menjadi nilai plus oleh investor," kata Lanjar kepada Katadata.co.id.
Lanjar pun merekomendasikan investor membeli saham Bukalapak dengan tujuan investasi. Target harga saham Bukalapak yang dipasang oleh Lanjar berada di level Rp 1.400 per saham.