Anak Usaha Adaro Energy Bidik Rp 831 Miliar dari IPO di Ujung Tahun
PT Adaro Minerals Indonesia yang merupakan anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO) bersiap melakukan penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO). Dana yang diperoleh, maksimal Rp 831,67 miliar.
Berdasarkan prospektus awal, Adaro Minerals berencana melepas maksimal 6,04 miliar unit saham ke publik atau setara 15% dari total setelah IPO. Harga saham yang ditawarkan ke publik antara Rp 100 hingga Rp 125 per saham. Sehingga dana yang diraup maksimal Rp 756,07 miliar.
Selain itu, apabila terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan terpusat, Adaro Minerals akan menambah maksimal 604,85 juta saham atau mewakili 1,48%. Dengan harga penawaran Rp 100 hingga Rp 125 per saham, maka dana yang terkumpul dari penjatahan terpusat maksimal Rp 75,6 miliar.
Alhasil, jika digabungkan, potensi dana yang bisa diraup oleh perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batu bara metalurgi, jasa pertambangan, dan jasa konsultasi manajemen ini mencapai Rp 831,67 miliar. Persentase pemegang saham publik mencapai 16,26%.
Dana segar yang didapat dari IPO ini sekitar 60% akan digunakan untuk keperluan pemberian pinjaman kepada Perusahaan Anak, yaitu PT Maruwai Coal. Pinjaman itu akan digunakan untuk belanja modal berupa perbaikan dan peningkatan kapasitas infrastruktur pertambangan batu bara serta infrastruktur pendukung.
"Seiring dengan meningkatnya produksi batu bara dan biaya eksplorasi dalam rangka keperluan pengembangan teknik penambangan di Lampunut dalam kurun waktu 2022 sampai 2023," kata manajemen Adaro dalam prospektus awal.
Sisa dana tersebut rencananya digunakan oleh Adaro Minerals untuk membayar kembali sebagian pokok atas pinjaman dari induknya, Adaro Energy. Jumlah utangnya per 31 Agustus 2021 senilai US$ 186,9 juta.
Dengan masuknya pemegang saham publik, pemilik lama akan terdilusi. Dengan asumsi ada kelebihan pemesanan, maka Adaro Energy yang sebelumnya memiliki 81,76% saham akan turun menjadi 68,47%.
Lalu, PT Adaro Mining Technologies yang punya 10,54% akan turun menjadi 8,82%. Terakhir, PT Alam Tri Abadi yang punya 7,7% akan turun menjadi 6,45%.
Dalam IPO ini, bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek/penjamin emisi efek adalah PT Ciptadana Sekuritas Asia.
Masa penawaran awal IPO dijadwalkan pada periode 9-16 Desember 2021. Perkiraan tanggal efektif yaitu 22 Desember 2021. Masa penawaran umum diperkirakan pada 24-28 Desember 2021. Perkiraan tanggal penjatahan pada 28 Desember 2021. Sehingga tanggal pencatatan saham di BEI diperkirakan 30 Desember 2021.
Seperti diketahui, menurut laporan BP Statistical Review of World Energy 2021, Indonesia memiliki cadangan batu bara sebanyak 34,87 miliar ton pada 2020 atau 3,25% dari cadangan batu bara dunia yang sebanyak 1.074 miliar ton. Jumlah tersebut menempatkan cadangan batu bara Indonesia di urutan ke-8 terbesar di antara negara G20.
Amerika Serikat menempati peringkat teratas negara dengan cadangan batu bara terbesar di kawasan G20 mencapai 248,94 miliar ton. Amerika Serikat juga memiliki cadangan batu bara terbesar di dunia dengan menguasai 23,2% cadangan batu bara global.