Terdampak Perang Rusia dan Ukraina, IHSG Diramal Tertekan Lagi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,48% ke level 6.817,82 pada perdagangan Kamis (24/2) imbas serangan Rusia ke Ukraina. Analis memperkirakan indeks masih tertekan hari ini (25/2).
CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, perkembangan pergerakan IHSG masih berada dalam tekanan. “Selain itu, kondisi yang memanas antar-negara memberikan dampak terhadap market global sehingga menjadikan sentimen negatif,” kata dia dalam risetnya, dikutip Jumat (25/2).
Namun, aliran modal masuk atau capital inflow ke dalam negeri terus bertambah. Selain itu, investor mencermati laporan kinerja keuangan emiten sepanjang tahun lalu yang rerata stabil dan wajar.
Hal itu dapat memberikan sentimen positif terhadap pola gerak IHSG hingga beberapa waktu ke depan. Ia pun memperkirakan, indeks berada rentang 6.702 – 6.954 hari ini.
William juga merekomendasikan sejumlah saham untuk dipantau oleh investor hari ini (25/2). Emiten yang dimaksud yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Namun Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menilai bahwa IHSG akan menguat atau membentuk rebound terbatas menuju area 6.844 – 6.864 sebelum melanjutkan gelombang korektif. Namun ada potensi penurunan di 6.726 sebagai level support berikutnya.
“Level support IHSG berada di 6.758, 6.726, dan 6.679. Sedangkan posisi resistance di 6.950, 6.974, dan 7.030. Berdasarkan indikator MACD dalam kondisi netral,” kata Ivan dalam risetnya.
Support merupakan area harga saham tertentu yang diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Saat menyentuh support, harga umumnya kembali tumbuh karena peningkatan pembelian.
Jika harga terus melemah, harga bakal terus menurun untuk menemukan titik support baru.
Sedangkan resistance adalah tingkat harga saham tertentu yang dinilai sebagai titik tertinggi. Setelah saham menyentuh level ini, biasanya akan ada aksi jual cukup besar hingga laju pertumbuhan harga tertahan.
Ivan merekomendasikan hold atau buy on weakness di rentang harga 7.600 - 7.70 pada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Ia memprediksi, BBNI berada di fase akhir dari wave [iii].
Oleh karena itu, ada potensi harga saham BBNI turun di 7.675 atau 7.450 berdasarkan analisis Fibonacci.
Ia juga merekomendasikan hold atau buy on weakness pada PT Semen Indonesia Tbk pada rentang 6.650 – 6.750. Menurutnya, harga saham SMGR sedang membentuk wave b dan dapat terkoreksi ke Fibonacci Retracement 78,6% dari wave a di 6.775 sebagai target koreksi berikutnya.
Selain itu, ia menyarankan untuk trading buy pada PT Barito Pacific Tbk (BRPT) di rentang harga 870 - 900. BRPT memiliki potensi penurunan di 860 - 880 sebagai target akhir dari wave [e] berdasarkan skenario bullish.
Ivan juga menyarankan untuk hold PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk dengan target harga terdekat di level 6.050. Menurut dia, CPIN berpeluang untuk rebound apabila harga tidak menembus support di 5.700.
Terakhir, ia merekomendaiskan untuk hold atau speculative buy untuk PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) pada rentang harga 2.100 – 2140. MIKA diperkirakan mengakhiri koreksi wave (b) segera sepanjang tidak jatuh ke bawah support utama di 2.080.