Liabilitas, Komponen Utang Penentu Kualitas Aset Perusahaan
Salah satu informasi yang menjadi bahan pertimbangan investor untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan adalah kondisi keuangannya. Beberapa instrumen laporan keuangan seperti jumlah aset, ekuitas, dan liabilitas akan menjadi perhatian investor sebelum memutuskan berinvestasi di perusahaan atau emiten tersebut.
Dari beberapa instrumen tersebut, liabilitas atau utang perusahaan kerap menjadi sorotan calon investor. Secara harfiah, liabilitas atau liability bisa diartikan sebagai beban yang harus dipertanggungjawabkan seseorang atas sesuatu hal.
Lebih lanjut, pada laman Investopedia disebutkan kalau liabilitas dalam laporan keuangan dapat diartikan sebagai utang yang harus dibayarkan kepada pihak lain, baik itu berupa uang, barang, ataupun jasa.
Pencatatan liabilitas juga cukup luas, dapat berasal dari transaksi, peristiwa bisnis, pertukaran aset, hingga bentuk apapun yang bisa memberikan manfaat ekonomi di kemudian hari. Di mana, perusahaan cenderung menggunakan liabilitas sebagai pinjaman yang dapat meningkatkan pendapatan bisnis.
Liabilitas juga memiliki peran penting dalam penghitungan aset perusahaan. Dalam persamaan akuntansi, rumus untuk menghitung aset adalah jumlah dari liabilitas dan ekuitas.
Perhitungan dan definisi liabilitas tersebut dapat dipahami apabila liabilitas lebih besar daripada ekuitas, maka sebagian besar aset perusahaan dibiayai dengan hak milik eksternal.
Untuk menghindari ketimpangan rasio liabilitas dan aset, Bank OCBC NISP melalui laman resminya menuliskan dua jenis rasio untuk melakukan analisis atas liabilitas. Pertama adalah rasio utang terhadap ekuitas.
Investor harus mengetahui apakah ekuitas yang perusahaan miliki dapat membayar seluruh utang yang ada. Apabila jumlah utang perusahaan mencapai 50 % atau bahkan lebih, maka keuangan perusahaan dalam kondisi tidak sehat. Maka di tahun berikutnya, perusahaan harus mengurangi liabilitas atau meningkatkan ekuitas.
Kedua, rasio utang terhadap aset. Investor dapat membandingkan nilai utang terhadap seluruh aset perusahaan, bila porsi utang mencapai 50 % hingga lebih, maka ada ancaman hipotik terhadap aset perusahaan. Lebih lanjut, bank ini menjelaskan jumlah ideal untuk rasio utang adalah maksimal di angka 40 %. Semakin rendah rasio utang terhadap aset, operasional perusahaan akan semakin aman.
Jenis Liabilitas
Liabilitas dapat dibagi menjadi dua jenis, tergantung waktu pembayarannya yaitu liabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Liabilitas jangka pendek harus dibayar perusahaan dalam waktu maksimal 12 bulan. Sementara liabilitas jangka panjang dapat dibayarkan dalam selang waktu lebih dari 12 bulan.
Dalam catatan Investopedia, analis cenderung memandang bahwa liabilitas jangka pendek itu lebih baik dibayar dengan uang tunai. Beberapa contoh liabilitas jangka pendek adalah:
- Gaji karyawan beserta upah yang belum diterima karyawan
- Utang bunga untuk membeli barang dan jasa
- Utang dividen bagi pemegang saham
- Kewajiban dari kegiatan yang dihentikan. Nominal kewajiban ini muncul sebagai dampak dari entitas yang dijual hingga produk yang baru saja dihentikan produksinya.
Di sisi lain, analis melihat bahwa pembayaran liabilitas jangka panjang dapat dilakukan melalui metode cicilan. Karena pembayaran liabilitas jangka panjang dilakukan dengan tempo yang lebih lama, liabilitas ini dapat disebut juga sebagai utang tidak lancar. Beberapa contohnya adalah utang yang berbentuk hipotik, utang obligasi, maupun pinjaman dana.
Contoh Liabilitas di Laporan Keuangan
Salah satu emiten yang telah memuat laporan keuangan tahunannya di laman Bursa Efek Indonesia adalah PT Prodia Widyahusada (PRDA). Melalui laporan keuangan tahun buku 2021, emiten laboratorium itu memiliki total aset Rp 2,7 triliun, terdiri dari Rp 1,7 triliun aset lancar dan Rp 949,5 miliar aset tidak lancar.
Pada halaman kedua, laporan keuangan PRDA juga mencatatkan total liabilitas perusahaan sebesar Rp 466,2 miliar. Angka itu terdiri dari Rp 268,9 miliar liabilitas jangka pendek dan Rp 197,3 miliar liabilitas jangka panjang. Beriringan dengan liabilitas, perusahaan laboratorium itu juga mencatatkan total ekuitas sebesar Rp 2,2 triliun.
Bila dijumlahkan, total liabilitas dan ekuitas PRDA hingga akhir tahun 2021 adalah Rp 2,7 triliun. Angka ini sesuai dengan perhitungan akuntansi di mana aset adalah jumlah dari liabilitas dan ekuitas.
Beberapa contoh akun liabilitas jangka panjang yang tercatat dalam perusahaan ini adalah adalah utang usaha kepada pihak ketiga dan pihak berelasi, utang pajak, pendapatan diterima di muka, dan ada juga liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu setahun.
Sementara itu, akun yang terdapat dalam liabilitas jangka panjang perusahaan antara lain utang bank, utang pembiayaan konsumen, utang sewa hak guna, hingga liabilitas imbalan kerja.