Saham GoTo Merosot 26% Sejak IPO, Ini Respons Boy Thohir
Penurunan harga saham perusahaan teknologi, PT GoTo Gojek Tokopedia (GoTo) berdampak kepada salah satu investornya, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Melalui Telkomsel, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengalami kerugian yang belum direalisasi atas investasi di saham GoTo pada kuartal pertama tahun ini senilai Rp 881 miliar.
Sampai dengan penutupan perdagangan Selasa (17/5), harga saham GoTo mengalami penurunan sebesar 26,62% sejak pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 April 2022. Hari ini, sahamnya bergerak naik 24% ke level Rp 248 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 292,72 triliun.
Komisaris Utama GoTo, Garibaldi Thohir, mengatakan fluktuasi nilai saham GoTo merupakan hal biasa yang bisa terjadi kapan pun. Saudara kandung dari Menteri BUMN ini mengatakan, fluktuasi nilai saham harus dilihat secara global dan memperhatikan kondisi pasar saham dunia.
"Biasalah saham dan kita musti melihat fundamental dunia kan, kalau (kondisi) di dunianya turun, pasti ikut turun. Kalau naik, ya ikut naik," kata Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk tersebut saat ditemui di Westin Hotel Jakarta pada Rabu (18/5).
Pria yang kerap kali disapa Boy Thohir itu menambahkan, saat ini GoTo belum memiliki rencana untuk menambah modal yang berasal dari sumber di luar dana publik. Ia menyebut, dana GoTo dari hasil IPO sejak awal April lalu dirasa masih cukup. "Untuk sekarang belum ya, karena kan baru IPO. Dananya masih ada sih. Detailnya lebih ke manajemen ya," sambung Boy.
Catatan Katadata, Telkomsel masuk ke Gojek secara bertahap sejak 2020. Tahap pertama, anak usaha Telkom ini menanamkan investasi US$ 150 juta. Tahap kedua pada 2021 penyertaan Telkomsel di Gojek bertambah hingga total menjadi US$ 450 juta. Ketika Telkomsel masuk, saat itu, nilai valuasi Gojek diperkirakan sudah di atas US$ 10 miliar.
Saat ditanya perihal adanya kabar bahwa ada relasi kepentingan bisnis antara Menteri BUMN, Erick Thohir dengan dirinya, Boy membantah hal tersebut. Menurutnya, hubungan Telkomsel dengan GoTo merupakan hubungan yang murni antar korporasi dengan korporasi. "Ya enggak dong. Kami ini gak ada hubungannya, istilahnya korporasi dengan korporasi. Dan saya gak terlibat langsung kok. Saya kan di GoTo jadi komisaris," ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, mengatakan kebijakan Grup Telkom berinvestasi di GoTo, tidak hanya mempertimbangkan aspek capital gain atau loss, tetapi juga mempertimbangkan aspek yang lebih luas lagi, seperti sinergi dalam upaya membangun ekosistem digital nasional yang lebih besar, yang salah satunya melalui investasi di GoTo.
"Di GoTo itu kita tidak hanya invest, tapi ada beberapa potensi sinergi," kata Ririek saat wawancara khusus dengan Katadata.co.id, di Menara Telkom Landmark Tower Jakarta, Selasa (17/5).
Ririek menuturkan, dari salah satu contoh sinergi tersebut, Grup Telkom memperoleh pendapatan senilai Rp 473 miliar pada tahun 2021 dari pendapatan pelanggan baru mitra pengemudi Gojek melalui pembelian paket data Telkomsel untuk mitra. "Telkomsel masuk Gojek, gak sendirian, karena setelahnya ada investor besar yang masuk [seperti], Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dan Temasek saat itu," tuturnya.