Kian Marak, Bagaimana Prospek Harga Saham IPO di 2023?
Mengawali tahun 2023, terdapat sekitar delapan perusahaan yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menyebut ada 64 calon emiten di pipeline OJK yang berencana melakukan IPO tahun 2023.
Melihat fenomena ini, analis menyarankan agar para pelaku pasar modal bisa memastikan tujuan utama membeli saham dan saham seperti apa yang akan dibeli.
Pengamat Pasar Modal dan Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan bahwa perusahaan yang baru melaksanakan IPO umumnya menarik bagi para investor, terutama saat book building. Namun, para pelaku pasar modal diminta untuk memperhatikan lagi tujuan berinvestasi.
“Jadi tujuan investasinya perlu diperhatikan bagi investor yang mau membeli saham IPO dan saham IPO masih menarik karena umumnya IPO selama ini sukses dan harganya cenderung naik di awal,” ujar Wahyu kepada katadata.co.id, baru-baru ini.
Namun, IPO bisa juga menjadi jebakan bagi investor. Seperti para investor ritel yang belakangan membeli saham pasca IPO yang ada kecenderungan profit taking di awalnya. Hal ini pun lantas dapat memicu kerugian.
“Jika saham IPO mau dipilih harus selektif dan hati-hati melihat fundamental dan momentum karena kita belum sepenuhnya bisa melihat kinerja harga emiten yang sangat awal secara teknikal misalnya,” lanjut Wahyu.
Khusus untuk tahun ini, para pelaku pasar modal direkomendasikan untuk memperhatikan sektor saham dari emiten yang akan IPO. “Misalnya sentimen teknologi masih kurang bagus,” ujarnya.
Sepanjang tahun 2022, terdapat 59 perusahaan yang melantai di BEI. Beberapa diantaranya adalah 17 saham dari sektor non primer, 10 saham sektor primer, 5 sektor saham teknologi, dan 3 saham sektor energi. Selanjutnya, ada 5 saham dari sektor infrastruktur, 3 saham dari energi dasar, 4 saham dari sektor kesehatan, 3 saham dari sektor transportasi, 4 saham sektor industri, dan satu saham dari sektor keuangan.
Melihat harga IPO emiten 2022 dengan harga saat ini, Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menilai dari sekitar 59 emiten, sebagian besar mencatatkan return harga saham yang positif. Bahkan tercatat ada 10 emiten mencatatkan return lebih dari 90% dari harga IPO.
Seperti PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang melesat 1.625% year to date dan PT Citra Borneo Uama Tbk (CBUT) yang naik 167%. Sedangkan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) turun mencapai 72% dari harga IPO.
Wahyu menilai dari semua sektor saham yang IPO pada tahun lalu, sektor energi akan potensial menguat signifikan pada 2023. Hal ini dipicu oleh beberapa hal.
“Dampak geopolitik Rusia Ukraina jika pun mereda akan masih berasa apalagi jika konflik makin memburuk, perubahan zero Covid policy ini akan makin memicu demand,” ujar Wahyu.
Wahyu menambahkan bahwa ancaman juga datang dari potensi resesi global dan bisa memicu komoditas anjlok.
“Namun peluang rebound komoditas energi akan paling kuat jika respon resesi global tersebut adalah dengan perubahan moneter menjadi cut rate dan stimulus QE. Memicu demand kembali hidup,” lanjut Wahyu
Sedangkan bagi emiten-emiten yang mencatatkan return negatif, Jomo mengatakan bahwa potensi rebound tetap ada. Namun tidak bisa dipastikan secara rinci kapan.
“Untuk emiten-emiten IPO 2022 yang harga sahamnya terkoreksi dalam, tentu ada kemungkinan untuk rebound tetapi tidak dapat dipastikan dalam waktu dekat atau kapan. Karena tentu investor akan mencermati prospek dan kinerja perusahaan tersebut. Selain itu, sentimen pada sektor-sektor emiten tersebut juga akan mempengaruhi pergerakan harga sahamnya,” ujar Jono.