Harga Komoditas Melandai, Schroders Jagokan Saham Bank dan Konsumer
PT Schroder Investment Management Indonesia memproyeksikan, pada tahun ini harga komoditas akan mengalami normalisasi. Hal tersebut terindikasi dari harga batu bara yang terus menunjukkan penurunan.
Investment Director Schroders Indonesia, Irwanti, menyatakan situasi tersebut akan berimbas pada penurunan produk domestik bruto (PDB) yang ditaksir hanya akan tumbuh 5% tahun ini seiring melemahnya pendapatan dari aktivitas ekspor dan melandainya pertumbuhan pendapatan perusahaan.
"Kami memperkirakan 2023 masih akan menjadi tahun yang solid bagi Indonesia meskipun tidak secerah 2022," kata Irwanti dalam acara Media Gathering : Market Outlook 2023 di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (18/1)
Sebagai gambaran, di tahun 2022, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih tetap membukukan imbal hasil sebesar 4,1% di tengah tren penurunan bursa saham global. Investor asing masih tertarik menanamkan modalnya tahun lalu seiring pemulihan aktivitas ekonomi, serta naiknya harga komoditas.
Meski begitu, pasar saham Tanah Air masih tetap menarik di tahun ini. Saham-saham di sektor perbankan dan barang konsumer akan menopang pertumbuhan.
Motor penggeraknya, konsumsi dan investasi yang meningkat akan menjadi pendorong pertumbuhan. Kendati, tekanan terhadap daya beli akibat inflasi dapat menimbulkan risiko, namun inflasi terbukti lebih rendah dari ekspektasi pasar sejak kenaikan harga BBM terjadi.
"Tahun ini bisa melihat sektor bank (bank besar) dan sektor konsumer kami lihat masih akan baik," katanya.
Sementara, sektor teknologi masih akan tetap berada di bawah tekanan karena lingkungan suku bunga yang tinggi berdampak negatif bagi sektor tersebut.
Namun, setiap indikasi dari The Fed untuk melakukan penurunan suku bunga akan menjadi katalis positif untuk sektor ini. Tetapi, pelonggaran kebijakan moneter paling awal yang diperkirakan hanya akan terjadi menjelang akhir tahun 2023.
Selanjutnya: sejumlah risiko pasar di tahun ini >>