Bursa AS dan Eropa Terseret Runtuhnya Silicon Valley Bank
Bursa Amerika Serikat (AS) dan Eropa kembali anjlok imbas keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB). Pada akhir pekan lalu, regulator AS mengambil kendali Silicon Valley Bank setelah sahamnya jatuh pada Kamis (9/3) dan bank berjuang untuk menemukan perusahaan lain untuk membelinya.
Wall Street terseret koreksi yang dialami saham perbankan pada perdagangan awal pekan ini. Dua dari tiga indeks utama pun ditutup melemah setelah investor khawatir tentang penularan dari keruntuhan SVB.
Mengutip Reuters, pada penutupan Senin (13/3) atau Selasa pagi WIB, Dow Jones Industrial Average ditutup turun 90,5 poin atau 0,28% ke posisi 31.819,14 dan indeks S&P 500 juga turun 5,83 poin atau 0,15% ke posisi 3.855,76.
Namun Nasdaq Composite berhasil menguat 49,96 poin atau 0,45% ke 11.188,84. Penguatan karena beberapa sektor diuntungkan dari harapan Federal Reserve yang dapat mengurangi besaran kenaikan suku bunga.
Pergerakan bursa saham AS kali ini masih mendapat pengaruh dari penutupan tiba-tiba pada SVB Financial SVB pada hari Jumat setelah gagal peningkatan modal. Ini membuat investor khawatir tentang risiko bank lain dari kenaikan suku bunga The Fed yang tajam selama setahun terakhir.
Selama akhir pekan, regulator AS turun tangan untuk mengembalikan kepercayaan investor pada sistem perbankan, dengan mengatakan deposan Silicon Valley Bank akan memiliki akses ke dana mereka pada hari Senin.
Bagi sebagian investor, keputusan The Fed minggu depan juga akan bergantung pada data inflasi yang akan dirilis di pekan ini. Adapun data CPI akan dirilis pada hari Selasa dan PPI pada hari Rabu.
Presiden AS Joe Biden berjanji untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap sistem perbankan.
Pada perdagangan sesi ini, saham First Republic Bank anjlok 61,83% karena berita pembiayaan baru gagal meyakinkan investor. Sementara saham Western Alliance Bancorp dan PacWest Bancorp masing-masing turun 47,06% dan 21,05%. Perdagangan saham dihentikan beberapa kali.
Sementara itu, saham Charles Schwab yang jatuh 11,56% membebani indeks S&P 500. Saham Charles Schwab melemah setelah perusahaan jasa keuangan itu melaporkan penurunan saldo margin rata-rata sebesar 28% dan penurunan total aset klien sebesar 4% untuk bulan Februari.
Saham bank-bank besar AS, termasuk JPMorgan Chase & Co, Citigroup, dan Wells Fargo semuanya melemah. Indeks Perbankan S&P turun 7%, persentase penurunan satu hari terbesar sejak 11 Juni 2020.
Indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, naik 1,72 poin menjadi 26,52 setelah sebelumnya mencapai 30,81, tertinggi sejak akhir Oktober.
Pedagang sekarang sebagian besar menghargai kenaikan suku bunga 25 basis poin dari The Fed pada bulan Maret, dengan taruhan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada level mereka saat ini berdiri di 44,4%.
Senada, saham di Bursa Eropa juga ditutup merosot tajam. Saham-saham Inggris memperpanjang kerugian untuk hari ketiga berturut-turut. Dengan indeks acuan FTSE 100 di Bursa Efek London anjlok 199,72 poin (2,58%) ke posisi 7.548,63 poin.
Dari 100 saham perusahaan besar pilihan yang menjadi komponen indeks FTSE 100, hanya delapan saham yang berhasil mencatat keuntungan. Sementara 92 saham lainnya menderita kerugian terimbas oleh runtuhnya Silicon Valley Bank di AS yang telah merusak kepercayaan terhadap sistem perbankan.
Begitupun dengan saham-saham di Bursa Jerman. Indeks acuan DAX 40 di Bursa Efek Frankfurt kembali merosot hingga 468,50 poin (3,04%) ke posisi di 14.959,47 poin.
Dari 40 saham perusahaan besar pilihan yang menjadi komponen indeks DAX 40, hanya satu saham yang berhasil mencatat keuntungan, sementara 39 saham mengalami kerugian.
Commerzbank AG, sebuah perusahaan jasa keuangan multinasional Jerman yang menarik simpanan dan menawarkan layanan perbankan ritel dan komersial, menjadi top loser di antara saham blue chips, dengan harga sahamnya terjun 12,73%.
Saham-saham Perancis juga mencatat kerugian untuk hari kelima berturut-turut. Dengan indeks acuan CAC 40 di Bursa Efek Paris terpuruk 209,17 poin (2,90%) ke posisi 7.011,50 poin.
Dari 40 saham perusahaan besar pilihan yang menjadi komponen indeks CAC 40, seluruhnya menderita kerugian terimbas oleh keruntuhan SVB yang telah merusak kepercayaan investor terhadap sistem perbankan.
BNP Paribas SA, sebuah grup perusahaan jasa keuangan dan perbankan internasional Prancis manjadi top loser di antara saham blue chips, dengan harga sahamnya terperosok 6,80%.