Dana Kelolaan Turun, Masih Menarik Investasi di Reksa Dana?
Dana kelolaan industri kelolaan reksa dana tercatat mengalami penurunan pada dua bulan pertama tahun ini di tengah meningkatnya permintaan investasi di aset surat berharga negara.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan reksa dana tumbuh 0,9% sepanjang Januari 2023, dengan mayoritas jenis reksa dana mengalami pertumbuhan.
Dari sisi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana mencapai Rp512,76 triliun per akhir Januari 2023. Angka tersebut tumbuh Rp 4,9 triliun dibandingkan Rp 507,68 triliun per akhir Desember 2022. Namun, bila dibanding NAB reksa dana pada Februari, tercatat mengalami penurunan menjadi Rp 508,71 triliun.
Berkebalikan dengan laju dana kelolaan reksa dana yang menurun, akhir-akhir ini, penjualan sukuk ritel sangat diminati oleh para investor. Seperti, sukuk ritel seri SR018 yang laku keras dan berhasil menarik minat 58.472 investor, dengan belasan ribu di antaranya merupakan investor baru. Nominal penjualannya yang mencapai Rp 21,49 triliun diklaim lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Analis Surat Utang Negara Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto berpendapat, penerbitan SBN ritel memang secara tren terus meningkat. Selain itu, dengan jumlah investor yang terus bertumbuh, hal ini mendorong signifikan terjadinya pendalaman pasar SBN ritel.
“Faktor pendorong demand SBN ritel naik banyak juga karena ada penurunan pajak final kupon obligasi menjadi 10% sama dengan reksa dana,” ujar Handy pada Katadata.co.id, Rabu (5/4).
Selain itu, likuiditas perbankan yang cukup banyak membuat suku bunga deposito menjadi rendah. "Likuiditas rupiah di perbankan masih tinggi sehingga bunga deposito rendah dan pengurangan pajak final obligasi dari 15% ke 10%,” ujr Handy.
Kendati demikian, Handy masih melihat prospek reksa dana masih akan menarik untuk dikoleksi. Karena reksa dana memiliki beragam jenisnya seperti reksa dana pasar uang, saham, pendapatan tetap ataupun campuran.
“Jadi tetap akan ada demand-nya juga baik itu dari investor retail ataupun institusi,” kata Handy.
Sebagai infromasi, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyebut. hasil penjualan seri SR kali ini lebih tinggi penjualan periode awal tahun-tahun sebelumnya. SR016 yang dijual pada kuartal pertama tahun lalu hanya laku Rp 18,44 triliun, serta SR014 pada awal 2021 yang laku Rp 16,71 triliun.
Rata-rata pemesanan per investor untuk tenor tiga tahun sebesar Rp 354,5 juta dan untuk tenor lima tahun sebesar Rp 304,4 juta.
"Tingkat keritelan SR018 ini merupakan yang terbaik selama penerbitan SBSN Ritel seri SR sejak 2009," dikutip dari keterangan resmi DJPPR, Selasa (4/4).