Resmi Tercatat di BEI, Harga Saham Harita Nickel Naik Tipis
PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham pada Rabu (12/4) ini. Perseroan tercatat di papan utama Bursa dan menjadi emiten ke-31 di tahun ini.
Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 09.15 WIB, harga saham Trimegah Bangun Persada naik 1,60% ke level Rp 1.270 dari level harga penawaran umum, yakni Rp 1.250.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat juta dengan nilai transaksinya Rp 232 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 8.219 kali.
Perusahaan pertambangan dan hilirisasi nikel terintegrasi yang memiliki kemampuan hulu dan hilir di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara tersebut menawarkan sebanyak 7,99 miliar saham dengan nominal Rp 100 per saham atau setara dengan 12,67% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO.
Adapun harga final yang ditetapkan Harita Nickel dalam aksi korporasi ini sebesar Rp 1.250 per saham. Dengan demikian, dari hasil IPO saham ini, NCKL memperoleh tambahan modal sebesar Rp 9,99 triliun.
Perusahaan juga mengalokasikan saham sekitar 35 juta saham dari jumlah saham IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan perseroan (Employee Stock Allocation/ESA). Di mana harga pelaksanaan ESA sama dengan harga penawaran.
Presiden Direktur NCKL Roy A Arfandy mengatakan, IPO saham perseroan mendapatkan respon yang sangat positif dari pasar. Di mana selama masa periode penawaran umum 5-10 April 2023 saham NCKL mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed. Sehingga sesuai dengan ketentuan pelaksanaan distribusi saham melalui platform e- IPO porsi alokasi pooling yang dipersyaratkan adalah sebesar 5%. Animo partisipasi investor publik tidak hanya berasal dari pemodal dalam negeri, namun juga dari investor kelembagaan luar negeri.
“Kami mengapresiasi dan berterima kasih terhadap tingginya antusiasme investor terhadap IPO NCKL. Terjadinya oversubscribed merupakan wujud nyata kepercayaan yang diberikan oleh investor terhadap prospek cerah industri pengolahan nikel yang dikelola oleh perseroan,” jelas Roy dalam keterangan pers, usai seremonial pencatatan saham perseroan di gedung BEI Jakarta, Rabu (12/4).
Roy menjelaskan, dana yang diperoleh dari hasil IPO rencananya sebesar 50,4% akan digunakan NCKL untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi yang akan disalurkan melalui modal dan pinjaman. Sementara lebih dari 40% dana untuk membayar utang. Lalu sisanya untuk belanja modal dan modal kerja.
Dalam IPO ini, perseroan menunjuk PT BNP Paribas Sekuritas Indonesia, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan untuk Penjamin Emisi Efek dipercayakan kepada PT UOB Kay Hian Sekuritas, PT OCBC Sekuritas Indonesia dan PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia.
Merujuk riset yang dilakukan AME Mineral Economics Pty Ltd (AME), berdasarkan ekspektasi produksi volume nikel tambang Perseroan pada tahun 2022, NCKL diharapkan menjadi emiten produsen nikel murni terbesar di Indonesia dibandingkan perusahaan tambang nikel tercatat lainnya.
Perseroan dan entitas anak memiliki dan mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif. Pertama seluas 4.247 hektare (Ha) di Kawasi yang dioperasikan oleh NCKL dan 1.277 hektar di Loji yang dioperasikan oleh entitas anak, PT Gane Permai Sentosa. Keduanya terletak di Pulau Obi, Provinsi Maluku Utara. Dengan demikian, total luas kawasan pertambangan perseroan sekitar 5.524 Ha.
Selain itu, sampai dengan saat ini, entitas anak perseroan memiliki dua prospek pertambangan nikel yaitu PT Obi Anugerah Mineral seluas 1.775 Ha dan PT Jikodolong Megah Pertiwi dengan luas 1.885 Ha. Keduanya juga berlokasi di Pulau Obi.
Berdasarkan laporan keuangan interim untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 November 2023 (tidak diaudit), pendapatan NCKL dari kontrak dengan pelanggan mencapai Rp 9,04 triliun selama periode Januari 2022 hingga November 2022. Pencapaian itu naik 17,40% dibandingkan pendapatan NCKL pada periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 7,70 triliun.
Saat ini NCKL telah menyelesaikan 3 lini produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL) dan telah mencapai 100% kapasitas produksi sehingga total kapasitas produksi mencapai 55 ribu metal ton per tahun.
NCKL juga semakin ke hilir dengan memasuki fase commisioning untuk produksi nikel sulfat sejak awal April 2023. “Ini akan menjadi tonggak sejarah baru dalam industri baterai kendaraan listrik dengan hadir dan beroperasinya pabrik nikel sulfat pertama di Indonesia,” ujar Roy.