Ini Alasan Warren Buffet dan Lo Kheng Hong Tidak Tertarik Saham IPO

Lona Olavia
30 Juli 2023, 16:08
Ini Alasan Warren Buffet dan Lo Kheng Hong Tidak Tertarik Saham IPO
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU
Refleksi kaca seorang karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Perdagangan IHSG di akhir pekan ini ditutup melemah 17,04 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.880,3.

Investor kawakan Warren Buffett dan Lo Kheng Hong disebut bukan investor yang gemar membeli saham penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Keduanya lebih suka membeli saham yang diperdagangkan di pasar sekunder.

Yang dimaksud dengan pasar sekunder adalah pasar yang mana perusahaan telah melepas sahamnya via IPO. 

Pengamat pasar modal yang juga pendiri Avere Mitra Investama Teguh Hidayat menilai Warren Buffett dan Lo Kheng Hong adalah sosok investor yang berpegang erat pada value investing.  Di mana keduanya membeli saham yang memenuhi tiga kriteria berikut, yakni kinerja fundamentalnya bagus, prospek kedepannya cerah, dan valuasinya murah.

“Jadi jika ada saham yang hanya memenuhi satu atau dua dari tiga kriteria tersebut, atau lebih buruk lagi tidak memenuhi satupun kriteria di atas, maka tidak akan dibeli,” kata Teguh seperti dikutip dari laman pribadinya, Minggu (30/7).

Saham IPO, menurutnya hampir selalu dijual pada valuasi tinggi atau harga mahal. Hal itu nampak dari price to book value (PBV) yang mencapai 2–3 kali atau lebih tinggi lagi. Sedangkan dalam value investing, kinerja bagus dan prospek cerah saja tidak cukup, melainkan valuasi sahamnya juga harus murah.

“Lalu kenapa kok harga saham IPO rata-rata mahal? Ya sekarang coba posisikan anda sebagai pemilik perusahaan. Dengan melantainya perusahaan anda di bursa sebagai perusahaan Tbk, maka anda kedepannya harus rutin merilis laporan keuangan, laporan tahunan, menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS), public expose dan lainnya yang sebelumnya tidak perlu anda kerjakan,” tulisnya.

Pada praktiknya, karena sekarang ini sangat mudah bagi perusahaan untuk IPO, maka ada banyak pemilik perusahaan yang mengambil opsi aksi korporasi tersebut untuk mencari dana segar. Maka dari itu, menurut Teguh penting agar investor mau membaca laporan keuangan atau prospektus, serta mampu menghitung valuasi saham.

Teguh memberi contoh beberapa saham IPO yang sempat bermasalah, sebut saja PT Envy Technologies Tbk (ENVY) yang baru IPO tahun 2019 lalu, tapi pada tahun 2020 perusahaannya terlambat rilis laporan keuangan dan sahamnya disuspen, lalu akhirnya berpotensi delisting.

“Ini belum termasuk saham-saham IPO yang tidak sampai disuspen, tapi harganya tanpa ampun anjlok ke gocap, sehingga lagi-lagi merugikan investor,” kata ia.

Meski begitu, Teguh menilai tidak semua saham IPO itu jelek, melainkan ada juga yang fundamentalnya bagus, meski biasanya valuasinya mahal.

Secara terpisah, Lo Kheng Hong sendiri mengaku sudah 30 tahun lebih tak membeli saham IPO. Ia terakhir membeli saham IPO adalah PT Astra International Tbk (ASII). Astra International pertama kali tercatat di Bursa Efek Jakarta pada 4 April 1990. Sedangkan Lo Kheng Hong mulai berinvestasi saham pada 1989.

“Kalau saham IPO itu, kalau saham itu naik kita hanya dapat sedikit di bawah 1%, kurang dari 1%. Tapi kalau saham itu nanti listing turun, kita dikasih banyak sekali. Jadi ya sudahlah saya tidak berinvestasi di saham IPO dan tidak ada pengusaha yang mau jual saham perusahaannya di harga yang murah,” ujar Lo Kheng Hong dalam acara Launching Buku Lo Kheng Hong yang digelar secara daring beberapa waktu lalu.

Ia pun menyatakan, saham-saham yang murah hanya ada di pasar reguler dan bukan ketika penawaran umum perdana.

“Yang murah itu harusnya ada di pasar reguler yang sudah tidak diperhatikan orang. Itu yang kita beli Mercy yang dihargai harga Bajaj. Jadi saya berubah, lebih baik saya membeli Mercy yang dijual di harga Bajaj,” ujar Lo Kheng Hong. 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...