Banyak Perusahaan Tunda Pelaksanaan IPO, Ini Respons BEI
Sejumlah perusahaan belakangan ini menunda rencana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham.
Bahkan terdapat beberapa perusahaan yang sudah melakukan penawaran awal atau bookbuilding, namun akhirnya membatalkan. Teranyar yakni PT Zeus Kimiatama Indonesia atau Zekindo Chemicals dan juga PT Akselerasi Usaha Indonesia. Keduanya pada pekan lalu memutuskan untuk menunda pelaksanaan IPO.
Langkah serupa juga diambil anak usaha PT Pertamina yakni PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Padahal PHE digadang-gadang akan menjadi IPO terbesar dalam sejarah BEI terkait penghimpunan dana.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan terdapat beberapa faktor pembatalan IPO. Sebut saja dari sisi laporan keuangan perusahaan dan penambahan dokumen legal yang membutuhkan waktu.
“Penyebab pembatalan ada beberapa hal, lebih banyak saya lihat permintaan dari sisi regulator untuk penambahan disclosure maupun secara legal dan aspek lain di prospektus. Jadi itu kan dinamis kami minta dan mereka wajib mempersiapkan,” ujar Nyoman kepada wartawan di Jakarta, Senin (31/7).
Nyoman juga menambahkan BEI tidak memiliki ketentuan waktu khusus untuk perusahaan yang ingin menunda rencana IPO. Apalagi jika perusahaan tersebut sudah siap kembali untuk melantai di BEI terdapat beberapa dokumen yang harus diperbarui kembali.
Dalam hal laporan keuangan, memiliki jangka waktu kadaluarsa enam bulan. Nantinya jika sudah melewati periode enam bulan perusahaan perlu menyiapkan dokumen dengan kondisi perusahaan terbaru.
“Konsekuensinya nanti menyiapkan laporan keuangan dan semua dokumentasi di update sesuai kondisi terbaru itu konsekuensinya. Tidak ada bursa meminta segera, take your time,” ujar Nyoman.
Sedangkan dari sisi penjaminan emisi atau underwriter, Nyoman mengingatkan untuk memperkenalkan perusahaan yang akan dibawa ke calon investor.
“Sehingga diharapkan pada saat mereka menyampaikan penawaran, appetite atau animo calon investor terpenuhi,” ujar Nyoman.
Sebelumnya pada akhir pekan lalu, BEI menyebut ada 39 perusahaan lagi antre IPO. IPO didominasi oleh perusahaan aset skala menengah, yaitu aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar.
Nyoman menjelaskan, berdasarkan klasifikasi aset perusahaan sebanyak 22 perusahaan aset skala menengah, yaitu aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar, tercatat dalam pipeline IPO BEI. Disusul 11 perusahaan aset skala besar atau aset di atas Rp 250 miliar, dan enam perusahaan aset skala kecil atau aset dibawah Rp 50 miliar.
“Sedangkan secara sektor, sektor konsumen non primer mendominasi pipeline IPO, sebanyak sembilan perusahaan,” ungkap Nyoman.
Nyoman menambahkan, sektor terbanyak kedua adalah konsumen primer sebanyak tujuh perusahaan. Disusul lima dari sektor energi, empat dari sektor barang baku dan properti & real estate. Ditambah lagi, dua perusahaan dari empat sektor berbeda, yaitu kesehatan, industri, teknologi dan transportasi & logistik.
“Sementara sektor infrastruktur dan keuangan tercatat masing-masing satu perusahaan yang ada di pipeline IPO BEI,” kata Nyoman.
Sedangkan hingga 31 Juli 2023, sudah ada 52 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 45,6 triliun.