Reli Wall Street Terhenti di Akhir Agustus, Nasdaq Berhasil Menguat
Reli Wall Street terhenti pada perdagangan akhir bulan Agustus. Tepatnya Bursa Amerika Serikat (AS) tersebut ditutup beragam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB).
Di mana S&P 500 ditutup lebih rendah dan Nasdaq lebih tinggi setelah data inflasi AS sesuai perkiraan, menggarisbawahi ekspektasi Federal Reserve dapat menghentikan pengetatan moneternya.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 168 poin atau 0,48% menjadi 34.721 poin. Indeks S&P 500 melemah 7,2 poin atau 0,16% ke posisi 4.507 poin. Sedangkan Indeks Komposit Nasdaq menguat 15,66 poin atau 0,11% ke level 14.034 poin.
Ketiga indeks utama mencatat kerugian pada Agustus, dengan S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan bulanan pertama sejak Februari. Untuk bulan ini, S&P 500 turun 1,8%, Dow turun 2,4 dan Nasdaq turun 2,2%.
Dari 11 indeks sektor utama S&P 500, tujuh sektor berakhir di zona merah, dipimpin oleh penurunan sektor kesehatan 1,2%, diikuti oleh penurunan sektor utilitas 1%.
Nasdaq mencapai level tertinggi dalam lebih dari empat minggu setelah laporan Departemen Perdagangan menunjukkan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang dianggap sebagai ukuran inflasi pilihan bank sentral naik 3,3% pada Juli secara tahunan. Angka tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar.
Ekspektasi para pedagang terhadap jeda kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan The Fed September tetap berpeluang 88,5%. Sementara perkiraan mereka terhadap bank sentral untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah pada November mencapai 51%, menurut alat FedWatch CME Group.
"Investor yakin The Fed bergantung pada data, dan data mendukung pasar. Semua kenaikan suku bunga ini membuahkan hasil," kata CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma Jake Dollarhide dikutip dari Reuters, Jumat (1/9).
Investor sedang menunggu data penggajian non pertanian yang lebih komprehensif yang akan dirilis pada Jumat untuk kejelasan lebih lanjut mengenai kemungkinan jalur moneter The Fed.
Klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 26 Agustus turun menjadi 228.000, dibandingkan dengan perkiraan 235.000 klaim, sehingga mengekang sentimen investor, Departemen Tenaga Kerja mengatakan dalam sebuah laporan.
Data tersebut mengikuti pertumbuhan data gaji swasta yang lebih kecil dari perkiraan pada Rabu (30/8) yang menandakan melemahnya pasar tenaga kerja dan mendorong S&P 500 ke penutupan tertinggi dalam tiga minggu.
Imbal hasil obligasi obligasi pemerintah 10 tahun turun menjadi 4,09%, mengangkat saham-saham pertumbuhan utama seperti Amazon yang naik 2,2%.
Saham yang paling banyak diperdagangkan di S&P 500 adalah Tesla, dengan nilai saham senilai US$ 27,7 miliar yang dipertukarkan selama sesi tersebut. Saham pembuat mobil listrik itu naik 0,46%.
Lalu data manufaktur Cina yang suram memukul saham perusahaan China JD.com dan Baidu yang tercatat di AS, masing-masing turun 2,2% dan 1,6%.
Jumlah saham yang mengalami penurunan melebihi jumlah saham yang meningkat dalam S&P 500 dengan rasio 1,8 banding satu.
Volume perdagangan di bursa AS relatif kecil, dengan 10,2 miliar lembar saham berpindah tangan, dibandingkan dengan rata-rata 10,5 miliar lembar saham pada 20 sesi sebelumnya.