Kapitalisasi Bursa Karbon US$ 600 M Bisa Dicapai Sebelum 31 Tahun
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik menyebut dalam prospek perdagangan, BEI akan memisahkan antara potensi dengan perdagangan dalam bursa karbon. Berkaca pada data bursa saham di Indonesia, nilai kapitalisasi pasar dalam 31 tahun mencapai US$ 600 miliar. Namun, Jeffry menyebut potensi kapitalisasi bursa karbon dengan nilai yang sama akan bisa dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
“Banyak studi yang mengatakan potensi ekonomi karbon nilainya US$ 600 miliar dan bisa dicapai dalam waktu yang lebih singkat, tidak perlu menunggu 31 tahun,” ujar Jeffrey pada CEO Networking 2023 bertajuk “Achieving Sustainable Growth through Cohesive Collaboration” di Fairmont, Jakarta, pada Selasa (7/11).
Meskipun transaksi di Bursa Karbon Indonesia atau IDX Carbon masih sepi sejak diluncurkan pada 26 September 2023, Jeffrey menyebut perkembangan bursa karbon sejauh ini berjalan baik. Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Inarno Djajadi mengingatkan masyarakat agar tidak menyamakan transaksi di bursa karbon dengan transaksi di pasar saham yang sudah jauh berkembang. “Bursa karbon itu jangan dilihat seperti di saham. Tapi kalau untuk starting, itu sudah bagus sekali,” kata Inarno.
Dalam debut perdana IDX Carbon pada 26 September 2023, terdapat 13 transaksi yang dilakukan dengan proyek yang tergistrasi Pertamina NRE dan proyek Lahendong unit 5 dan 6 di Sulawesi Utara milik PT Pertamina Geothermal Tbk (PGEO). Unit karbon yang diperdagangkan adalah vintage medio 2016 sampai 2020.
Proyek tersebut sudah berkontribusi penurunan karbon hingga 202.989 ton CO2. Selain itu, telah tercatat dalam perdagangan bursa karbon dari PT PJB UP Muara Karang dan PT UPC Sidrap Bayu Energi yang dimiliki oleh PLN.